KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berupaya menekan jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue ( DBD).
Di bawah kepemimpinan Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, kasus DBD di Kota Semarang mengalami penurunan signifikan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang M Abdul Hakam mengatakan, pihaknya membuat prediksi kasus DBD tingkat Kota Semarang setiap tahun.
“Kami juga punya peta kerentanan dan potensial dampak,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (22/2/2024).
Dinkes Kota Semarang melakukan sejumlah langkah pencegahan dan penanganan penyakit DBD agar tidak semakin meningkat. Terlebih, di musim hujan seperti saat ini.
Baca juga: 56.000 Warga Semarang Bakal Terima Bantuan 10 Kg Beras hingga Juni 2024
Hakam menjelaskan, pihaknya telah mengetahui peta daerah-daerah rentan DBD sebagai acuan untuk melakukan penanganan.
“Itu yang kami perintahkan kepada jajaran di kelurahan dan puskesmas untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau pemberantasan jentik nyamuk (PJN). Itu yang efektif sekali," jelasnya.
Dia menyebutkan, jika PSN dan PJN dilakukan dua kali seminggu, pertumbuhan dan jumlah nyamuk tidak akan banyak.
Upaya lainnya adalah 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.
Hakam juga mengatakan, Dinkes Kota Semarang menggandeng Dinas Pendidikan untuk memberdayakan anak-anak sekolah melalui program Siswa Cari Jentik (Si Centik).
Baca juga: Atasi Banjir, Pemkot Semarang Tambah Kapasitas Pompa dan Normalisasi Saluran Air
Dia mengatakan, pihaknya turut menurunkan kader-kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) turun secara intens melakukan PJN dan PSN.
“Adik-adik di sekolah melakukan program Si Centik yang juga berjalan dengan baik. Peta kerawanan ini mulai kami gerakkan dari tingkat RT hingga RW juga," jelasnya.
Untuk diketahui, kasus DBD di Kota Semarang pada 2022 mencapai 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang.
Namun, tingkat kasus DBD pada 2023 turun signifikan menjadi 404 kasus. Sementara itu, kasus kematian akibat DBD mengalami penurunan menjadi 16 orang. Pada 2024, terdapat 36 kasus DBD dan tidak ada kasus kematian.
Hakam mengatakan, Dinkes Kota Semarang melakukan antisipasi dari peta kerentanan dan potensial DBD tersebut, khususnya di daerah padat penduduk dan berpotensi.
"Daerah padat, seperti wilayah Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara, itu wilayah dengan wilayah rentan kasus," katanya.
Baca juga: Wujudkan Semarang Bebas TBC, Mbak Ita Tekankan Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektoral
Dia menyebutkan, terdapat 36 kasus DBD di Kota Semarang hingga 17 Februari 2024.
"Meski ada kasus, Alhamdulillah tidak ada yang meninggal. Kami berharap semoga tidak ada korban jiwa karena DBD," jelasnya.