KOMPAS.com – Penelitian arkeologi di kawasan Logas, Kuantan Singingi, Riau, menemukan sejumlah benda berupa alat-alat batu sederhana. Temuan ini dianggap penting bagi sejarah dan budaya Provinsi Riau.
Temuan arkeologi tersebut tercatat dalam laporan penyusunan kebijakan tentang Rencana Induk Pengembangan Kebudayaan Melayu yang disusun Provinsi Riau dengan Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada ( UGM) pada 2009.
Sebelumnya, penelitian itu sempat ditindaklanjuti oleh Balai Arkeologi Medan pada 2010, tetapi belum tuntas.
Gubernur Riau Syamsuar pun mendorong proses tersebut dilanjutkan hingga tuntas sebagai pembuktian bahwa Riau merupakan negeri tua.
Pada 2021, Kepala Dinas Kebudayaan Riau Raja Yose membentuk tim yang melibatkan tenaga ahli prasejarah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menindaklanjuti temuan tersebut.
“Mereka menemukan beberapa artefak litik sederhana berupa alat batu, seperti kapak perimbas, kapak penetak, lancipan, serta alat serpih di sekitar aliran Sungai Logas atau Batang Lembu Keruh. Mereka juga menemukan singkapan batuan di aliran sungai kecil yang menyatu dengan Sungai Logas,” jelas Raja Yose dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (25/8/2023).
Kemudian, pada Agustus 2023, pihaknya kembali membentuk tim yang mencakup tenaga ahli arkeologi prasejarah BRIN, ahli geologi Universitas Islam Riau, serta dosen dan mahasiswa Program Studi Arkeologi Universitas Jambi.
Baca juga: Menkominfo: Potensi Riau Besar, Saatnya Bersaing dengan Negara Tetangga
Tim tersebut meluaskan daerah penelitian hingga ke area Sungai Muaralembu, area Sungai Petapahan, dan area Sungai Jake. Hasilnya, mereka menemukan lebih dari 170 benda yang terindikasi sebagai artefak.
Raja Yose meyakini bahwa temuan tersebut dapat mengungkap kehidupan prasejarah di Provinsi Riau yang masih kosong dari daftar temuan prasejarah Indonesia.
Dia melanjutkan, konsentrasi temuan artefak batu paleolitik yang berada di perbukitan yang menjadi hulu dari ketiga sungai mengindikasikan bahwa wilayah logas dan Kuantan Singingi perlu dilestarikan. Pasalnya, wilayah ini menjadi bukti kehidupan manusia masa lalu.
Raja Yose pun menjuluki temuan-temuan budaya di daerah itu dengan sebutan “New Discoveries of Prehistoric Life in Riau Province”.
Sebagai informasi, di Pulau Sumatera, temuan alat litik sejenis baru terungkap di daerah aliran sungai (DAS) Kikim, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.
Sementara, temuan manusia prasejarah juga didapati di Gua Lidah Aer, Payakumbuh, Sumatera Barat, dengan pertanggalan sekitar 73.000 before present (BP). Temuan ini belum didukung oleh temuan budaya materi seperti yang ditemukan di kawasan Logas.
Adapun temuan alat-alat litik di Logas merupakan bagian dari perjalanan migrasi manusia dan budaya prasejarah sebelum sampai ke Gua Lidah Aer.
Provinsi Riau sendiri memiliki potensi gua-gua hunian, seperti di Gua Lidah Aer. Peta geologi menunjukkan bahwa daerah ini memiliki gugusan perbukitan karst yang tidak tertutup. Gua ini diduga berkaitan dengan temuan alat-alat batu. Adapun gua ini menjadi batas wilayah Provinsi Riau dan Sumatera Barat.
Baca juga: Resmi, Situs Kampung Pertahanan Tuanku Tambusai Berstatus Cagar Budaya Nasional
Raja Yose berharap, masyarakat juga berperan serta dengan menjaga lokasi-lokasi tersebut.
“Jika menemukan benda-benda sejarah masa lalu atau informasi mengenai keberadaan gua di sekitar tempat tinggal, segera laporkan kepada kami atau ke aparat setempat,” tegas Raja Yose.
Pada kesempatan lain, Gubernur Riau Syamsuar mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong pelestarian khazanah warisan kebendaan yang berada di Provinsi Riau.
Sebelumnya, Kampung Pertahanan Tuanku Tambusai di Dalu Dalu telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya nasional. Dia pun mendorong Kota Lama di Inhu dan sejumlah cagar budaya lain agar mendapatkan status serupa.
“Sudah seharusnya pemerintah memperhatikan pelestarian peninggalan sejarah di Riau. Dengan demikian, kawasan ini dapat ditata serta dikembangkan sebagai wisata sejarah dan budaya,” ujar Syamsuar.
Pihaknya juga terus mendorong Candi Muara Takus dan Istana Sultan Siak menjadi situs warisan dunia (world heritage), seperti kota-kota lain di Indonesia dan Melaka Malaysia.