KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan mampu menekan angka stunting di wilayahnya sehingga turun menjadi 9,4 persen pada 2023.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi atau biasa disapa Pak Yes mengatakan, Pemkab Lamongan sempat menduduki angka stunting di 27,05 persen pada 2022. Angka tersebut dilihat berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI).
"Kasus stunting di Lamongan memang pada 2022 berada pada kategori tinggi. Namun terus kami upayakan untuk menekannya. Upaya tidak hanya sebatas pengobatan melainkan kami gencarkan mulai dari pencegahan stunting," ujar Pak Yes dalam keterangan persnya, Selasa (30/4/2024).
Terkait capaian ini, Pak Yes menyebut, Pemkab Lamongan berhasil mencapai target angka stunting dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yakni 12,3 persen pada 2024.
“Tentu penurunan kasus stunting di Lamongan hasil dari ragam upaya yang telah dilakukan,” ujarnya.
Baca juga: Tumbuhkan Perekonomian Lamongan, Pemkab Lamongan Optimalkan Reforma Agraria
Pak Yes menjelaskan bahwa penurunan persentase stunting di Lamongan juga dapat dilihat dari angka Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) tahun 2023.
Dalam persentase tersebut, pada Februari 2022 angkanya menempati 6,80 persen dan Agustus 2022 mencapai 5,70 persen. Sementara pada Februari 2023, angka stunting mencapai 4,80 persen dan Agustus 2023 sebesar 4,01 persen.
Pak Yes mengatakan, upaya penurunan stunting di Kabupaten Lamongan dilakukan secara bertahap.
Upaya penurunan stunting, kata dia, juga dilakukan dengan tidak fokus kepada penanganan penderita. tetapi memberikan edukasi kepada orangtua hingga remaja.
Pak Yes menyebut bahwa saat ini pihaknya melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak menjalankan beberapa program inovasi untuk menurunkan stunting. Salah satunya adalah program 1-10-100.
Baca juga: Teken MoU dengan LCH, Pak Yes Ingin Showroom Produk-produk Unggulan Lamongan Terus Berkembang
Program 1-10-100 merupakan hasil kolaborasi Pemkab Lamongan dengan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Program ini digagas untuk menangani balita stunting dengan memberikan satu paket bantuan makanan yang bergizi kepada 10 anak selama 100 hari.
Pelaksanaan Program ini melibatkan swadaya masyarakat dan corporate social responsibility (CSR).
Selain Program 1-10-100, Pak Yes menyebut inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Pemkab Lamongan, di antaranya Mobil Pelayanan Keliling Desa Bersama Bidan Desa (Monalisa Berdansa), dan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH), Gerakan Bersama Cegah Ibu Hamil Anemia, Tinggal Klik Informasi Seputar Kesehatan Ibu Hamil (Tilik Insert Bumil).
Selanjutnya, Gerakan Selamatkan Ibu Hamil Dengan Siaga Donor Darah (Ransel Si Dora), Remaja Sehat Bersama Dapur Sehat Atasi Stunting (Resa Bersama Dashat), Forum Gemar Makan Ikan (Forikan), Audit Kasus Stunting tingkat Kecamatan, Pemberian Sertifikat untuk Ibu Menyusui, Pendataan Keluarga Berisiko stunting, dan lain sebagainya.
"Selain bertahap, penanganan kasus stunting di Lamongan juga dilakukan bersama lintas sektor sehingga seluruh program inovasi dapat direalisasikan dengan kerja sama lintas organisasi perangkat daerah (OPD), pemerintah desa (pemdes), PKK, dan masyarakat. Tujuannya untuk menekan penurunan kasus stunting," ucapnya.
Baca juga: Dorong Realisasi Program Lamongan Sehat, Bupati Lamongan Resmikan Poliklinik II RSUD Dr Soegiri