KOMPAS.com - Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menjadi Orangtua Asuh Anak Stunting untuk menurunkan angka stunting di wilayahnya menjadi 14 persen.
"Saat ini angka stunting di Lamongan 27,5 persen dan akan kami targetkan 14 persen, salah satunya dengan cara menjadi orangtua asuh anak stunting. Program ini juga selaras dengan perjuangan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 tepat ketika 100 tahun Indonesia merdeka," tutur pria yang akrab disapa Pak Yes itu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (14/8/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan Pak Yes dalam kegiatan penyerahan simbolis Orangtua Asuh 11 Bayi di Bawah Lima Tahun (Balita) Stunting di Desa Bandungsari, Kecamatan Sukodadi, Sabtu (12/8/2023).
Menurutnya, salah satu upaya percepatan penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten Lamongan adalah dengan merangkul atau memberikan bantuan langsung kepada anak yang mengalami stunting.
Baca juga: Bupati Lamongan Kembali Tinjau Proyek Jalan, Pastikan Sesuai Target
Seperti diketahui, pengentasan stunting saat ini menjadi salah satu program prioritas pemerintah dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan menciptakan keluarga sejahtera.
Program Orangtua Asuh akan dilaksanakan selama tiga bulan ke depan, dengan memberikan satu porsi makanan sehat kepada anak stunting di desa tersebut.
Untuk melangsungkan berjalannya program tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan berkolaborasi dengan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dalam menyiapkan makanan sehat dan Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebagai pengawas progresnya.
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Anis Kartika mengatakan, pihaknya akan memberikan menu makan sehat dengan tetap menggelorakan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) untuk membantu anak stunting.
Baca juga: Lewat Gemarikan, Kementerian KP Ingatkan Semua Pihak Pentingnya Konsumsi Ikan
“Jadi bantuan akan kami berikan berupa makanan, bukan uang tunai agar benar-benar terealisasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Anis menjelaskan, TPK sebagai pihak yang memantau akan melakukan evaluasi selama dua minggu sekali dengan mengukur tinggi badan dan kenaikan berat badan pada anak.
"Kami rutin adakan evaluasi untuk melihat progres secara langsung. Awalnya Desa Bandungsari ada 17 anak stunting, sekarang Alhamdulillah menurun menjadi 11 anak," jelas Anis.
Percepatan penurunan angka prevalensi stunting di Lamongan dilakukan secara bersama-sama dan juga melibatkan lintas sektor, mulai dari mitra kerja, akademisi, media, masyarakat dari berbagai kalangan, hingga unit masyarakat terkecil, yaitu keluarga.
Baca juga: Perempuan Remaja Diajak Atasi Anemia untuk Cegah Stunting