KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) bersama Universitas Diponegoro (Undip) Semarang terus memperluas jangkauan program desalinasi di sejumlah daerah.
Program tersebut memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui teknologi yang dapat mengubah air payau menjadi air tawar yang layak konsumsi.
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, teknologi desalinasi memberikan banyak dampak positif, salah satunya sebagai solusi bagi masyarakat yang mengalami kesulitan akses air bersih.
“Ini kali kedua saya datang ke sini. (Sebelumnya) saat penanaman mangrove serentak, dan kali ini bersama Undip menginisiasi desalinasi, mengubah air payau menjadi air tawar yang siap dikonsumsi. Ini saya rasa bermanfaat,” ujarnya saat meresmikan instalasi desalinasi air di Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes, Rabu (30/9/2025).
Baca juga: Pengurus Koperasi Merah Putih Mengeluh soal Modal, Pemprov Jateng Minta Bantuan BUMN
Sebelumnya, Taj Yasin juga meresmikan program desalinasi di Rusunawa Slamaran, Kota Pekalongan, pada Maret 2025.
Menurutnya, kehadiran teknologi desalinasi tak hanya menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, tetapi juga membuka potensi ekonomi baru di desa.
Dengan adanya kemudahan air yang layak konsumsi, pelaku usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) serta masyarakat sekitar akan lebih mudah dalam berwirausaha.
“Kepala Desa Randusanga malah senang. Di sini sudah ada (UMKM) sirup rumput laut sehingga dengan adanya desalinasi ini bisa nanti membantu menumbuhkan dan mengembangkan UMKM di desa,” jelas Taj Yasin.
Meski demikian, ia menekankan pentingnya tata kelola yang inklusif dan berkelanjutan dari pengelolaan desalinasi tersebut.
Baca juga: Rencana Pemprov Jateng, Gabungkan Perhelatan Lari Rupiah Borobudur Playon dan Borobudur Marathon
Ia berharap, pemasukan dari pengelolaan desalinasi disisihkan sebagian untuk keperluan pembangunan desa, termasuk perawatan alat desalinasi.
“Ini harus dikelola. Masyarakat terdampak jangan hanya separuh, semuanya harus merata,” pesan Taj Yasin.
Ia menegaskan, program desalinasi akan terus berlanjut ke wilayah pesisir lainnya.
“Di Jateng sudah dua kami anjurkan dan kami masih ada lagi nanti di Kabupaten Demak dan Pati. Untuk tahun depan, kami akan berlanjut lagi di daerah-daerah pesisir, seperti di Brebes ini,” ucap Taj Yasin.
Taj Yasin juga menyampaikan kebanggaannya karena teknologi desalinasi di Jateng sepenuhnya dikembangkan oleh anak bangsa, tanpa perlu bergantung pada impor.
Baca juga: Respons Tarif Impor AS 19 Persen, Pemprov Jateng Cari Pasar Baru di Eropa
Sebelumnya, dia mengaku sempat ditawari teknologi dari luar negeri, termasuk dari Jerman dan Israel.
“Namun, alhamdulillah ternyata orang Indonesia hebat. Ini kampus yang membuat, 100 persen dari Undip, pemikirannya dari kampus Undip,” kata Taj Yasin.
Kepala Desa Randusanga Kulon, Affan Setyono, mengatakan bahwa air hasil desalinasi mulai didistribusikan secara gratis kepada warga selama satu bulan ke depan.
Saat ini, kata dia, setiap kepala keluarga (KK) mendapat jatah satu jeriken. Adapun jumlah KK di Desa Randusanga Kulon mencapai 2.685.
“Karena desalinasi itu juga bahan bakunya dari air payau menjadi air reverse osmosis (RO), maka ini sehat,” ujar Affan.
Baca juga: Pemprov Jateng Tanggapi Wacana Pemangkasan Durasi Magang Luar Negeri Jadi 6 Bulan
Dia berharap 4.000 liter air atau sekitar 2.000 jeriken dapat mencukupi kebutuhan seluruh warga.
“Kami siap mengelola dan nantinya dijual dengan harga untuk operasional saja,” jelas Affan.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Jateng atas bantuan desalinasi ini.
“Atas nama Desa Randusanga Kulon, saya yang pertama mengucapkan terima kasih kepada Provinsi Jateng. Dengan adanya desalinasi ini, telah dihibahkan ke SPAM kami yang sudah dibentuk,” ucap Affan.
Adapun program desalinasi menjadi bukti bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi mampu melahirkan solusi nyata dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Baca juga: Pemprov Jateng Kaji Opsi Penerbangan Perintis ke Beberapa Wilayah