KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengapresiasi PT Migas Utama Jabar (Perseroda) (MUJ) yang terdepan dalam penyediaan infrastruktur electric vehicles charger (EVC) di Jawa Barat.
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu menilai, MUJ sebagai holding perusahaan energi telah sukses menjadi pioner transisi energi di daerah.
“Saya mengapresiasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) energi Jabar MUJ yang terdepan menyediakan fasilitas EV Charging di mana-mana, sebanyak-banyaknya sampai Jawa Barat (menjadi) juara dalam konversi dan populasi kendaraan listrik,” ungkapnya dalam siaran pers, Selasa (27/6/2023).
Dia mengatakan itu dalam rangkaian kegiatan West Java Energy Forum (WJEF) 2023 di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jabar, Kota Bandung, Minggu (25/6/2023).
Sekedar informasi, sejak ditetapkannya MUJ sebagai holding energi melalui Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2022, BUMD ini tengah merambah ke bisnis energi terbarukan yang dijalankan anak perusahaan PT MUJ Energi Indonesia (MUJI).
Baca juga: Ridwan Kamil: Capaian Pertumbuhan Ekonomi Jabar dalam Lima Tahun Terakhir Positif
Melalui MUJI, perseroan berkomitmen membangun energi bersih sesuai arahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil sekaligus ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET).
Direktur Utama MUJI Ryan Alfian Noor mengatakan, dengan mandat tersebut pihaknya sudah menjalankan pemasangan tiga EV Charging.
Ketiga EV Charging itu berada di Kantor Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar, Kantor Biro BUMD, Investasi, dan Administrasi Pembangunan, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat.
Tidak hanya itu, MUJI juga menjadi penyedia penyewaan mobil listrik untuk organisasi perangkat daerah (OPD) dan perusahaan daerah atau perusahaan yang terafiliasi dengan pemerintah daerah.
“Seiring dengan semangat Gubernur Jabar untuk percepatan transisi energi dan pemanfaatan potensi EBT di Jawa Barat, MUJI sudah bekerja sama menggunakan EV di lingkungan pemprov dan pemasangan EV Charger di beberapa titik bangunan pemprov (gedung BIA, gedung ESDM, dan gedung BI),” kata Ryan.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama MUJ Begin Troys mengatakan, perubahan bentuk badan hukum telah mengubah lingkup kegiatan usaha perusahaan dari hulu dan kini meluas ke hilir.
Kegiatan usaha energi terbarukan, kata Begin Troys, juga membuat perseroan bisa lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Apalagi, Jabar menjadi satu daerah yang memiliki potensi besar dengan sumber daya energi baru terbarukannya.
“Sejalan dengan bisnis yang MUJ terkait energi bersih, pengurangan emisi sudah dijalankan melalui elektrifikasi di berbagai bidang. Dengan begitu MUJ melalui MUJI berkontribusi membangun ekosistem energi bersih,” katanya.
Begin mengatakan, beberapa proyek berjalan dengan adanya pemasangan PV Rooftop di kantor MUJ dengan kapasitas 20,5 Kilowatt peak (kWp) yang menjadi prototipe bisnis MUJI.
Baca juga: Melalui APBD Provinsi Jabar, Kang Emil Dorong Percepatan Revitalisasi Alun-alun Kota Cimahi
Kemudian MUJ juga melakukan pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) bersama BUMD Tirta Jabar di Cirompang, Kabupaten Garut dengan kapasitas 8 megawatt (MW).
“Perusahaan juga terus melakukan pengembangan ke energi lainnya, seperti pembangkit listrik yang bersumber dari angin, maupun energi terbarukan lainnya,” jelas Begin.
Beberapa upaya tersebut membuktikan bahwa MUJ adalah aktor inisiasi dalam proses transisi energi di Jabar dengan berbagai strategi dan program kerja.
Program dan strategi yang dijalankan MUJ tersebut tersinkronisasi dengan pengembangan bisnis migas dan EBT dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Jabar.
Begin berharap, MUJ bisa mewujudkan ketahanan energi melalui fungsi BUMD.
Adapun pemerintah juga terus menggenjot pengurangan emisi atau Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
Baca juga: Cegah Stunting di Jabar, Atalia Praratya Terapkan Aplikasi Elsimil Versi 2.0
Kepala Dinas ESDM Provinsi Jabar Ai Saadiah mengatakan, potensi EBT sangat melimpah dengan perhitungan mencapai 170,4 gigawatt.
Hingga kini, pemanfaatan EBT baru terhimpun potensi sebesar 0,6 gigawatt dari 24 proyek energi.
"Potensi investasi sekitar Rp 25,6 triliun. Ini adalah tantangan pendanaan investasinya sebab tidak mungkin semuanya menggunakan anggaran pemerintah," jelasnya.