KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memaparkan, pada 2018 saat dilakukan pengukuran kualitas air, Sungai Citarum dalam kondisi cemar berat dengan indeks kualitas air (IKA) sebesar 33,43 poin.
Kala itu, Citarum dinobatkan sebagai sungai paling kotor di dunia. Namun, kini kondisi Citarum mulai membaik. Pada periode 2020-2021, Citarum memiliki IKA sebesar 55 poin dan masuk dalam kategori cemar ringan.
Hal tersebut disampaikan Ridwan Kamil saat menjadi salah satu panelis dalam dialog bertema “Panel Dialogue: Scaling Up Governance and Collaborative Actions In Combinating Marine Plastic Litter Towards Climate Actions In Indonesia”.
Acara dialog itu merupakan bagian dari acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP26 yang digelar di Venue Indonesia Pavilion, Glasgow, Skotlandia, Selasa (2/11/2021).
Baca juga: Cara Ridwan Kamil Meyakinkan Investor Belanda
Menurut Ridwan Kamil, pemulihan kondisi Sungai Citarum penting diketahui dunia. Sebab, sungai sepanjang 270 kilometer itu telah menjadi sumber kehidupan bagi 18 juta penduduk yang tersebar di 13 kabupaten dan kota yang dilintasinya.
Sungai terpanjang di Jabar itu juga memiliki peran penting bagi kemakmuran lahan seluas 682.227 hektare (ha) di sejumlah 1.454 desa.
Ridwan Kamil memaparkan, upaya pemulihan Sungai Citarum sebelumnya menargetkan agar kualitas air masuk kategori cemar sedang.
Kini, kualitas air telah masuk kategori cemar ringan yang memungkinkan penggunaan air sungai untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, dan mengairi tanaman.
Baca juga: Lewat Citarum Harum, Pemprov Jabar Harapkan Dapat Turunkan Emisi Gas CO2 di Indonesia
Tidak hanya mutu air yang melampaui target, penghijauan lahan kritis di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Citarum juga melebihi target yang ditetapkan pemerintah.
Dipaparkan Ridwan Kamil, saat ini lahan seluas 26.231,24 ha di sepanjang DAS Citarum telah dihijaukan. Padahal, target awal dari pemerintah untuk periode 2021 adalah 15.516,99 ha.
Sementara itu, target penghijauan lahan kritis di sepanjang DAS Citarun untuk periode 2025 adalah 80.174,99 ha.
Adapun penanganan keramba jaring apung juga sudah melebihi target. Semula, pemerintah menargetkan 28.234 unit. Namun kini telah mencapai 33.868 unit.
Baca juga: Di Depan Menko Luhut, Ridwan Kamil Paparkan Progres Citarum Harum
Untuk pengelolaan sumber daya air dan pariwisata, pemerintah menargetkan luas volume dan genangan air mencapai 70 persen. Namun, saat ini pencapaiannya telah menembus 90 persen.
Selanjutnya, perihal pengelolaan sampah, disampaikan Ridwan Kamil, sudah mencapai 2.700 ton per hari.
Sementara itu, dari sisi penegakan hukum, dari 131 kasus pengaduan yang ada, 15 kasus di antaranya telah diputus pengadilan pidana dan 70 di antaranya sudah dikenakan sanksi administrasi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar Prima Mayaningtyas menambahkan, dalam dua tahun terakhir, kontribusi sampah yang masuk ke Sungai Citarum berkurang sampai 42 persen berkat program Citarum Harum.
Baca juga: Jabar Alami Kemiskinan Ekstrem, Kementerian PUPR Bantu Bangun Rumah Layak Huni
Ia juga menyampaikan, parameter chemical oxygen demand (COD) angka pencemaran industri di Sungai Citarum menunjukkan penurunan signifikan pada 2020 .
"COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (3/11/2021).
Prima memaparkan, pihaknya juga mencatat adanya penurunan pencemaran Citarum dari limbah domestik atau biological oxygen demand (BOD) sejak 2019.
Adapun, tingkat erosi di Citarum juga menurun signifikan dari tahun lalu. Hal ini terukur dalam total suspended solid (TSS).
Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) Citarum menargetkan, pada akhir periode perencanaan 2025, mutu air kelas II dapat mencapai IKA dengan nilai 60 poin.