KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat ( Jabar) Ridwan Kamil mengaku menerima banyak berita duka melalui handphone-nya.
“Sehari ada 5 sampai 10 berita duka di handphone saya. Saya juga meyakini bahwa di handphone masing-masing berseliweran notifikasi berita duka,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com pada Rabu (14/7/2021).
Hal tersebut disampaikan Ridwan Kamil dalam sambutannya saat menghadiri acara Doa Bersama Lintas Agama yang digelar Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jabar secara virtual dari Gedung Pakuan, Bandung, Selasa (13/7/2021).
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jabar juga menyampaikan angka keterisian rumah sakit (RS) di Jabar yang sudah berada di atas batas yang diterapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kondisi rumah sakit di Jabar hari ini sedang tidak baik-baik saja. Standar pengendalian menurut ilmu dalam konteks WHO adalah 60 persen. Pemerintah pusat menaikkan standar kedaruratan (menjadi) 70 persen, (saat ini) kita sudah 90 persen,” ungkapnya.
Belum lagi, lanjut dia, jumlah masyarakat yang menjalani isolasi mandiri juga cukup banyak.
“Dari 90.000 jumlah kasus aktif di Jawa Barat, hanya 20.000 yang dirawat di rumah sakit sedangkan sisanya atau lebih dari 80 persen melakukan isolasi mandiri,” papar Gubernur yang akrab disapa Kang Emil tersebut
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk mengirimkan doa kepada 70.000 pasien Covid-19 yang kini sedang merawat diri di rumah masing-masing.
“Kita aturkan doa kita menembus langit untuk menguatkan hati dan mental perawat, tenaga kesehatan, dan pahlawan-pahlawan yang hari ini, jam ini, menit ini, sedang bergerak untuk menyelamatkan nyawa manusia,” ucap Kang Emil.
Ia meyakini bahwa salah satu cara untuk mencegah penularan Covid-19 adalah menurunkan mobilitas.
Apalagi saat ini terdapat varian virus Covid-19 baru yang tingkat penyebarannya mencapai lima sampai sepuluh kali lipat lebih tinggi.
Baca juga: Hibur Nakes yang Bertugas, Ridwan Kamil Bagi-bagi Kue
Untuk itu, kata Kang Emil, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sangat diperlukan demi mengurangi potensi penularan dan jatuhnya korban jiwa.
“Kita tidak ingin melihat Jabar ada jenazah yang tidak terurus yang mungkin terlambat di parkiran, di jalanan, dan kita tidak ingin ada pasien mengatre jauh,” ujarnya.
Menyadari banyak masyarakat yang pekerjaannya terdampak kebijakan PPKM darurat, Kang Emil pun meminta maaf atas hal tersebut.
“Atas nama pemerintah, saya mewakili pemerintah pusat mengaturkan permohonan maaf atas ketidaknyaman bagi mereka-mereka yang tertahan pencaharian rezekinya atau kegiatan-kegiatan esensialnya. Semata-mata inilah ikhtiar yang menurut ilmu harus kita lakukan,” ucap Kang Emil.
Ia juga menjelaskan, Pemprov Jabar tengah berupaya membantu pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) dengan menyediakan layanan tele konsultasi dan obat gratis.
Baca juga: Prihatin Kondisi Bangsa, UNS Gelar Doa Bersama Lintas Agama
“Kita juga sudah memulai mengendalikan kelangkaan oksigen di berbagai rumah sakit, dan puskesmas. Oksigen kita dapatkan dari Pulau Sumatera sampai Kalimantan dan dari Pulau Sulawesi sampai Singapura,” jelasnya.
Selain itu, kata Kang Emil, pemerintah masih terus menggencarkan vaksinasi kepada masyarakat.
Meskipun vaksinasi tidak membuat masyarakat kebal dari Covid-19, tetapi Kang Emil yakin vaksin bisa melindungi dari gejala-gejala berat.
“Kenapa sudah divaksin masih bisa terkena Covid-19? Karena vaksin ini pada dasarnya tidak bisa melindungi 100 persen tapi memaksimalkan perlindungan. Ibarat pakai payung masih kecipratan air hujan, tapi tidak basah kuyup,” jelasnya.
Menurut Kang Emil, sebagian besar pasien Covid-19 yang meninggal di Jabar adalah mereka yang terdata belum mendapatkan vaksin.
Dalam acara doa bersama lintas agama tersebut, Kang Emil turut mengajak para pemuka agama agar berlomba-lomba mengajak jemaahnya untuk mengikuti vaksinasi.