KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menilai kemudahan akses layanan perbankan dapat mengentaskan praktik rentenir.
Saat ini, praktik peminjaman uang lewat rentenir semakin marak di kalangan masyarakat golongan menengah ke bawah atau golongan ekonomi lemah.
Untuk itu, dia mengimbau, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) untuk bertransformasi dan berinovasi dengan lebih berpihak pada masyarakat Jabar khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"BJB harus mempunyai target market yang lebih luas dan menyentuh lapisan masyarakat terkecil," kata gubernur yang akrab disapa Emil ini.
Menurutnya, penyaluran kredit mikro (Mesra),yang menjadi progran unggulan Jabar, dapat melepaskan warga Jawa Barat dari jerat rentenir.
Baca juga: Triwulan I 2019, Bank BJB Salurkan Kredit Mikro Rp 5,5 Triliun
"Saya kira BJB punya kapasitas luar biasa," ucapnya dalam acara Penutupan Business Review BJB Semester I Tahun 2019 di Ballroom Hotel Aryaduta, Bandung, Rabu (7/8/2019).
Emil juga berpesan agar BJB terus meningkatkan kinerjanya melalui dukungan teknologi dan inovasi demi merespons peluang-peluang di masyarakat.
Salah satunya dengan rencana pengembangan infrastruktur dengan nilai total hampir Rp 600 triliun.
"Di masa yang akan datang, BJB terlibat aktif, didahulukan untuk proyek-proyek di Jawa Barat," ucap Emil.
Selain itu, imbuh Emil, BJB harus memperhatikan aspek IT yang menjadi kebutuhan di era 4.0.
Baca juga: BRI Garap Pasar Teknologi Perbankan Daerah
"Kalau infrastruktur, mikro dan IT-nya dibenahi, saya punya keyakinan luar biasa kalau bank ini (BJB) akan berlari dalam waktu yang akan datang," terangnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (8/8/2019).
Tiga fokus bisnis
Sementara itu, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, aspek it memang menjadi salah satu dari tiga fokus utama untuk mengembangkan bisnis secara berkualitas dan berkelanjutan.
"Fokus pertama adalah reposisi bisnis, kedua reorganisasi, dan fokus ketiga re-engineering teknologi informasi," terang Yuddy.
Dengan tiga fokus itu, pihaknya optimis dapat menghadapi berbagai tantangan industri perbankan saat ini.
Terlebih, saat ini BJB didukung sumber daya manusia mumpuni, serta jaringan kantor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Ini 5 Kiat Supaya UMKM Bisa Berkembang ala Bos Grab
Terkait dukungan untuk UMKM, dia menambahkan, sesuai rencana bisnis dan program kerja, BJB pun berkomitmen untuk mendukung pembangunan ekonomi di daerah maupun nasional.
Salah satu caranya, melalui pembiayaan terhadap sektor produktif dengan fokus UMKM dan infrastruktur.
"Sebagai salah satu program akselerasi, kami akan berkolaborasi dengan BUMD-BUMD lain di wilayah Jawa Barat dan Banten agar pembangunan dan program-program pemerintah dapat segera direalisasikan," ujar Yuddy.
Kinerja BJB
Kinerja Bank BJB pada semester I 2019, ujar Yuddy, memuaskan. Total aset Bank BJB tumbuh 6,4 persen year on year (yoy) menjadi Rp 120,7 triliun.
Pertumbuhan aset ini didukung penghimpunan DPK sebesar Rp 95,1 triliun atau tumbuh sekitar 7 persen dari tahun lalu.
Baca juga: Inovasi Bisa Membuat Kinerja Bank Lebih Efisien
Untuk total kredit yang disalurkan mencapai Rp 78,2 triliun atau tumbuh sebesar 8,2 persen yoy. Sementara itu, untuk laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp 803 miliar.
Kualitas kredit Bank BJB juga berhasil dijaga dengan baik, di mana rasio Non Performing Loan (NPL) dapat bertahan di level 1,7 persen atau lebih baik dibanding rasio NPL industri perbankan per Mei 2019 sebesar 2,61 persen.
Adapun rasio Net Interest Margin-nya (NIM) berada pada level 5,7 persen atau berada di atas rata-rata rasio NIM industri perbankan, yang mencapai 4,9 persen.