KOMPAS.com - Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) tengah mematangkan program 100 Embung Juara. Program ini merupakan komitmen Pemprov Jabar dalam menjaga sumber mata air.
"Program ini meliputi normalisasi, peningkatan kapasitas, serta pengamanan mata air 100 situ yang ada di enam wilayah sungai Jawa Barat," kata Uu saat hadiri Kegiatan Puncak Hari Air Dunia (HAD) XXVII Tahun 2019, yang digelar di kawasan Situ Lido, Kabupaten Bogor, Selasa (30/4/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Dengan 100 Embung Juara, kata dia, kebutuhan air di Jawa Barat diupayakan bisa terpenuhi. Tidak saja bagi masyarakat untuk kepentingan mendasar seperti mandi cuci kakus, tapi juga kepentingan industri, pariwisata, perikanan, dan kebudayaan.
Selain itu, sambung Uu, pihaknya juga tengah mempersiapakan rencana revitalisasi dan penataan oleh Waduk Darma di Kabupaten Kuningan, Situ Ciburuy (Kabupaten Bandung Barat), Situ Rawa Kalong (Kota Depok), Kalimalang (Kota Bekasi), dan Break Water di Kabupaten Pangandaran.
"Maka mari kita jaga sumber mata air, pelihara sumber air dan jaga lingkungan supaya air tidak habis. Jangan tebang pohon sembarangan. Lebih baik kita mewariskan mata air kepada anak cucu kita, dari pada mewariskan air mata," ujar Uu.
Uu menegaskan, Pemprov Jabar selalu berupaya menghadirkan pelayanan dasar bagi masyarakat, termasuk menyukseskan berbagai program pemerintah pusat lewat Kementerian PUPR yang terkait perairan.
Selain itu, Uu mengaku, pihaknya juga memberdayakan air untuk dimanfaatkan segi ekonominya. Terutama dari sisi pariwisata. Didukung lanskap alam yang indah, situ, danau, atau waduk, bisa jadi potensi wisata alam yang diminati banyak wisatawan.
"Dengan Hari Air Dunia, yang digelar di Jawa Barat, menjadi daya dorong untuk memanfaatkan air untuk kehidupan, maupun untuk fungsi air yang lebih luas lagi," ujar Uu.
Sementara itu, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi menegaskan, kegiatan Hari Air Dunia merupakan bentuk kepedulian untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya ketersediaan serta akses terhadap air bersih.
Perlu diketahui, Hari Air Dunia telah diperingati selama 27 tahun sejak ditetapkan pada Sidang Umum PBB tanggal 22 Maret tahun 1992. Pada 2019, perayaan Hari Air Dunia mengusung tema 'Semua Harus Mendapatkan Akses Air'.
'Semua Harus Mendapatkan Akses Air yang diadopsi dari tema international 'Water for All: Leaving No One Behind' yang mengandung pengertian air untuk semua tanpa terkecuali," ucap Hari Suprayogi
Hari menjelaskan, berdasarkan data UN-WATER, secara global, masih terdapat 2,1 miliar orang yang belum mendapatkan akses terhadap air bersih.
Secara global pula, masih terdapat 80 persen penduduk yang tinggal di area pedesaan masih menggunakan air dari sumber yang tidak layak.
"Selain itu, tidak kurang dari 68,5 juta orang berada di pengungsian karena bencana alam, peperangan maupun konflik sosial politik dan mengalami kendala akses air," lanjut dia.
Di Indonesia, pengelolaan sumber daya air juga menjadi tantangan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tidak ada provinsi di Indonesia yang memiliki akses terhadap sumber air yang layak hingga 100 persen.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Harian Perayaan Hari Air Dunia XXVII, Muhammad Arsyadi mengatakan, dalam rangka peringatan HAD XXVII tahun 2019, telah dilaksanakan kegiatan- kegiatan yang dilakukan pada Balai Besar dan Balai Wilayah Sungai.
Diantaranya meliputi kegiatan bersih-bersih sungai sepanjang 88.258 kilometer, bersih-bersih lingkungan, serta penanaman pohon.
"Seluruh kegiatan di BWS tersebut dilaksanakan bersama- sama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait serta dengan melibatkan organisasi masyarakat peduli air dan sekolah-sekolah dari tingkat TK sampai dengan Perguruan Tinggi," katanya.
Pada kegiatan puncak HAD, telah dilaksanakan penebaran 150.000 benih ikan nila dan ikan baung yang merupakan dukungan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), juga penanaman 200 Pohon jenis cemara Norfolk, Glodakan Tiang, Eucalyptus, Jabon, dan Mahoni dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.