KOMPAS.com — Provinsi Jawa Barat (Jabar) kian serius mematangkan konsep konversi kompor gas ke listrik. Hal ini terlihat dari pembuatan Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 671/13/REK tanggal 5 Maret 2019 tentang Imbauan Penggunaan Kompor Listrik di Jawa Barat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar Iwa Karniwa menjelaskan, konversi kompor gas ke listrik ini dilakukan untuk menekan ketergantungan warga Jabar terhadap LPG.
Di samping lebih mudah diakses, kata Iwa, kompor listrik juga diklaim lebih hemat 20 persen daripada kompor gas. Selain itu, kompor listrik juga lebih ramah lingkungan.
“Lebih ramah lingkungan karena mengurangi karbon yang dilepaskan oleh gas ke udara,” kata Iwa di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Sabtu (20/4/2019), seperti dalam keterangan tertulis.
Keseriusan Pemprov Jabar juga terlihat dari upayanya dalam pemenuhan sambungan listrik ke seluruh pelosok Jabar hingga mencapai 100 persen.
Iwa menuturkan, pemenuhan kebutuhan sambungan listrik ini tidak menggunakan APBD, tetapi melalui dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan.
Dia mengungkapkan sudah ada beberapa perusahaan yang bersedia membantu sehingga Pemprov Jabar tinggal melengkapi data lokasi masyarakat yang belum terpasang listrik.
“Kami akan menuntaskan sisa-sisa masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Kami akan dorong, kami akan data. (Biaya instalasi listrik) Tidak mengunakan APBD, tetapi menggunakan CSR yang memang mereka juga sudah siap,” kata Iwa.
Seperti diketahui, Jabar adalah provinsi dengan pengguna LPG bersubisdi 3 kilogram terbesar di Indonesia. Alokasi tahun 2019 mencapai 1,3 juta ton LPG atau mencapai total 20 persen dari kuota LPG secara nasional.
Di sisi lain Jabar merupakan daerah pelanggan rumah tangga pemakaian listrik dengan jumlah besar, yang mencapai lebih dari 12,9 juta rumah tangga pelanggan PLN, sehingga memang ada potensi pengalihan konversi di Jabar.
Apabila digunakan secara masif dan menyeluruh, potensi penurunan emisi karbon mencapai 5,48 gigaton CO2 ekuivalen per tahun.
"Kontribusi terhadap peningkatan konsumsi listrik per kapita pada pengguna listrik dengan daya 2.200 VA, dengan jumlah pelanggan sebanyak 274.000, sehingga akan berdampak sebesar 6,08 kWh per kapita per tahun," kata Iwa.