Pemkab Flores Timur Bersiap Turunkan Stunting Jadi 10 Persen pada 2025

Kompas.com - 20/02/2025, 18:44 WIB
Inang Sh ,
Dwi NH

Tim Redaksi

Rapat koordinasi stunting tingkat Kabupaten Flores Timur di Kantor Bappelitbangda Flores Timur di Larantuka, Kamis, (24/10/2024).
flores.tribunnews.com/Paul Kabelen Rapat koordinasi stunting tingkat Kabupaten Flores Timur di Kantor Bappelitbangda Flores Timur di Larantuka, Kamis, (24/10/2024).

KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur terus bekerja keras menurunkan angka stunting yang masih cukup tinggi dan menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diatasi. 

Meski demikian, kerja sama Pemkab Flores Timur bersama pemangku kepentingan stunting hingga tingkat desa, telah membuahkan hasil di tingkat nasional. Inovasi program yang dijalankan berhasil meraih penghargaan atas kontribusi dalam penanganan stunting.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Flores Timur, Apolonia Korebima mengapresiasi kerja keras semua pihak yang berkomitmen menekan angka stunting hingga 19 persen pada September 2024.

Meskipun angka stunting masih fluktuatif dan belum menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, ia menilai pencapaian tersebut tetap sebagai langkah positif.

Namun, Apolonia menegaskan bahwa hasil tersebut belum cukup membanggakan karena pemerintah menargetkan penurunan stunting menjadi 10 persen pada 2025.

Baca juga: Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Pemkab Flores Timur Tetapkan 35 Kampung Keluarga Berkualitas

Hingga akhir 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Flores Timur tercatat masih berada di angka 14 persen.

"Beban daerah akan semakin besar jika kita tidak segera menurunkan angka stunting. Semoga pencapaian ini menjadi pemicu bagi kita semua," ujar Apolonia seperti diberitakan flores.tribunnews.com, Kamis (24/10/2024).

Apolonia menyampaikan itu dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pelaksanaan Sistem Manajemen tingkat Kabupaten Flores Timur. Rakor ini membahas kinerja para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis.

Pada kesempatan itu, ia mengajak seluruh peserta forum untuk mendata kendala dalam penanganan stunting

Salah satu fokus utama pembahasan adalah penerapan sistem pengelolaan yang tepat dan sistematis agar anak-anak yang mengalami stunting serta kelompok berisiko bisa mendapatkan asupan gizi yang memadai.

Baca juga: Peran Pemkab Flores Timur dalam Penanganan Donasi Bencana Lewotobi

Diskusi dalam forum tersebut mengangkat berbagai kendala di lapangan, termasuk masalah balita yang mengalami stagnasi pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

Selain itu, persentase kehadiran dalam sesi penimbangan (D/S) masih belum mencapai 100 persen.

Peserta juga membahas permasalahan dalam penyaluran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita dengan gizi kurang di puskesmas, serta sasaran yang belum sepenuhnya tersentuh oleh program PMT.

Selain itu, berbagai isu lain yang diangkat oleh peserta dari dinas terkait juga dicatat untuk ditindaklanjuti secara bersama-sama.

Rakor tersebut diselenggarakan oleh Dinas P2KBP3A Flores Timur dalam rangka Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Stunting, khususnya Aksi 6 tentang Sistem Manajemen Data Stunting.

Acara tersebut berlangsung di Aula Kantor Bappelitbangda Flores Timur dan dihadiri perwakilan dari 13 organisasi perangkat daerah (OPD) serta sekretariat stunting.

Baca juga: Pemkab Flores Timur Janji Dorong Perda Pelestarian Pohon Lontar

Ajak peserta kegiatan terlibat aktif

Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas P2KBP3A Flores Timur Anselmus Yohanes Maryanto mengajak seluruh peserta untuk berperan aktif dalam diskusi terkait Aksi 6.

Anselmus menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk mempermudah akses data dalam pengelolaan program percepatan penurunan angka stunting.

"Saya berharap kita semua dapat berdiskusi secara aktif agar Aksi 6 dapat berjalan dengan baik," ujarnya.

Peserta juga menyimak pemaparan mengenai prevalensi stunting di Flores Timur yang ditampilkan melalui layar proyektor.

Data sejak Januari hingga September 2024 menunjukkan angka stunting di 19 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut. 

Pada Januari ada 3.256 kasus dari 16.317 sasaran, Februari 3.154 kasus dari 17.156 sasaran, Maret ada 3.171 kasus dari 16.822 sasaran, dan April ada 3.359 kasus dari 16.083 sasaran.

Baca juga: Pj Bupati Sulastri Rasyid Ajak Masyarakat Flores Timur Peduli Lingkungan

Untuk persebaran kasus stunting selanjutnya, pada Mei ada 3.336 kasus dari 16.403 sasaran, Juni ada 3.265 kasus dari 16.332 sasaran, Juli ada 3.229 kasus dari 16.313 sasaran, Agustus ada 3.173 kasus dari 16.431 sasaran, serta September ada 3.088 kasus dari 16.243 sasaran.

Terkini Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke