Jadi Tempat Kaji Banding ILP Terbaik di Indonesia, Puskesmas Halilulik di Belu Raih Penghargaan dari Kemenkes

Kompas.com - 18/10/2024, 18:43 WIB
Novyana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Kepala Puskesmas Halilulik Edelbertus Mauk terlihat menerima penghargaan dalam acara Pemberian Penghargaan Puskesmas dan Launching Pedoman Kerja di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (17/10/2024). 
Dok.Pemkab Belu Kepala Puskesmas Halilulik Edelbertus Mauk terlihat menerima penghargaan dalam acara Pemberian Penghargaan Puskesmas dan Launching Pedoman Kerja di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (17/10/2024).

KOMPAS.com – Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas) Halilulik mendapat penghargaan sebagai Puskesmas Tempat Kaji Banding Integrasi Layanan Primer (ILP) Terbanyak yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan ( Kemenkes) Republik Indonesia (RI).

Adapun Puskesmas Halilulik terletak di Sesa Naitimu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur ( NTT).

Penghargaan tersebut diterima oleh Kepala Puskesmas Halilulik Edelbertus Mauk dalam acara Pemberian Penghargaan Puskesmas dan Launching Pedoman Kerja Puskesmas di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (17/10/2024).

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Ansilla F Eka Mutty menjelaskan bahwa transformasi layanan primer merupakan pilar pertama dalam transformasi kesehatan Indonesia.

Dalam penerapannya, transformasi tersebut berfokus memperkuat aktivitas promotif preventif untuk menciptakan lebih banyak orang sehat, memperbaiki skrining kesehatan, serta meningkatkan kapasitas layanan primer.

Baca juga: SAKIP Pemkab Belu Peroleh Predikat Baik, Kemenpan-RB Berikan Penghargaan

“Puskesmas sebagai pelaksana diubah bentuk layanannya yang awalnya berbasis program menjadi Puskesmas ILP. Ketika Belu diminta untuk menunjuk satu puskesmas sebagai pilot project untuk ILP, saya secara spontan memilih Puskesmas Halilulik,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/10/2024).

Dalam hal ini, semua fasilitas kesehatan harus terintegrasi siklus hidup, mulai dari puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), hingga pos pelayanan terpadu (posyandu).

“Awalnya untuk Puskesmas Halilulik, Pustu Naekasa juga dipilih sebagai Pustu ILP, dengan semua posyandu di bawahnya dijadikan Posyandu Siklus Hidup,” tambah Ansilla.

Sistem ILP, kata Ansilla, terus berkembang hingga mencapai tujuh pustu atau Pondok Bersalin Desa (Polindes) di bawah Puskesmas Halilulik, serta 49 posyandu juga bertransformasi menjadi Posyandu Siklus Hidup.

“Saat ini, sudah ada sembilan Puskesmas di Belu yang dipersiapkan untuk menjadi ILP, dan kami berharap tahun depan, seluruh 17 Puskesmas di Belu dapat menjadi ILP,” imbuhnya.

Baca juga: Pemkab Belu Raih Penghargaan Peduli Stunting dan Kesehatan, Mendagri: Kuncinya Ada di Kepala Daerah

Selain itu, Puskesmas Halilulik juga kerap dijadikan sebagai tempat studi banding dari beberapa puskesmas baik dari Belu maupun Kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Perjuangan ILP ini didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Belu, Momentum dan Dinas Kesehatan Provinsi,” jelas Ansilla.

Terakhir, Ansilla berharap melalui Puskesmas ILP, Dinas Kesehatan dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan sesuai dengan siklus hidup masyarakat, dengan kualitas layanan yang seragam.

“Terima kasih kepada Dinas Kesehatan Provinsi, Momentum, Pemerintah Daerah Belu, Jajaran Dinas Kesehatan Belu, serta seluruh Puskesmas di Belu, terutama Puskesmas Halilulik beserta jajarannya,” ujarnya.

Baca juga: Kontribusi Nyata Bupati Belu, Program Pengobatan Gratis dan Pengelolaan Keuangan Desa yang Transparan

Perlu diketahui, dalam acara penghargaan tersebut, Kemenkes RI melalui Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, bersama mitra pembangunan juga menyusun Buku Pedoman Kerja Puskesmas untuk setiap klaster.

Buku pedoman tersebut bertujuan mendukung efektivitas layanan ILP yang lebih komprehensif dan terintegrasi di seluruh Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke