KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni mengatakan, tingkat inflasi di Sumsel saat ini mencapai 2,28 persen year on year (yoy) dan menyamai angka nasional.
Untuk itu, dia meminta bupati dan wali kota se-Sumsel segera mengambil langkah konkret dalam mengantisipasi terjadinya inflasi di daerah.
Dia mengatakan itu dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi di Daerah Tahun 2023 bersama Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian melalui Zoom Meeting dari Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Palembang, Senin (16/10/2023).
"Seluruh kepala daerah di Sumsel sudah kami ingatkan agar melakukan langkah konkret menekan inflasi," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (17/10/2023).
Fatoni menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel telah melakukan sejumlah upaya dalam mengantisipasi inflasi, salah satunya dengan menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di kabupaten dan kota se-Sumsel.
Dia juga menghimbau masyarakat agar melaksanakan Gerakan Mandiri Pangan (GSMP), yaitu dengan menanam sendiri berbagai komoditi kebutuhan sehari-hari.
"Upaya lain dalam menekan melonjaknya harga pangan di pasaran, kami menghadirkan Toko Kepo (Kebutuhan Pokok) yang menjual berbagai kebutuhan bahan pangan dengan harga lebih murah di pasaran," ungkapnya.
Saat ini, Fatoni menyebutkan, harga bahan pokok di Sumsel secara umum cukup stabil, bahkan sejumlah komoditas mengalami penurunan harga.
"Harga daging dan telur mengalami penurunan," jelasnya.
Namun, komoditi beras terjadi sedikit mengalami kenaikan harga yang dipengaruhi faktor cuaca.
Baca juga: Pj Gubernur Fatoni Minta Bupati dan Walkot di Sumsel Tuntaskan 5 Program Prioritas
Oleh karena itu, Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Wilayah Sumsel-Bangka Belitung (Sumsel Babel) telah menyiapkan sebanyak 31.000 ton beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Dari jumlah itu, Bulog Sumsel telah menyalurkan 29.000 ton beras sepanjang 2023.
"Sekarang masih tersisa 2.000 ton. Mohon untuk ditambahkan agar bisa menekan kenaikan harga beras di Sumsel," kata Fatoni.
Pada kesempatan itu, Mendagri Tito mengatakan, penyumbang tertinggi inflasi berasal dari sektor makanan dan minuman, khususnya pada harga beras, gula pasir, dan cabe rawit.
Sementara itu, penyumbang inflasi pada 2022 disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca juga: Langkah Pemprov Sumsel Tekan Jumlah Titik Panas Karhutla Dipuji BMKG
"Masalah pangan ini penting sekali, makanya saya minta angka proxy mingguan melalui Indeks Perkembangan Harga (IPH) agar kelihatan daerah mana saja yang inflasinya tinggi dalam kurun waktu tertentu," ucapnya.