KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Agus Fatoni mengatakan, pihaknya menekankan edukasi kepada masyarakat sebagai fokus orientasi pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayahnya.
Adapun edukasi yang diberikan berupa informasi tentang bahaya dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh karhutla, baik bagi kesehatan, investasi maupun keselamatan nyawa.
"Masyarakat perlu dilibatkan dalam penanggulangan kebakaran karena ini penting. Sebab sebagian besar kebakaran itu terjadi bukan karena terbakar tetapi karena dibakar,” kata Fatoni dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Kepala BRGM Hadiri Rakorsus Penanggulangan Karhutla sebagai Upaya Konsolidasi Multipihak
Pernyataan tersebut disampaikan Fatoni saat menghadiri Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) Peningkatan Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) 2023 di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Jakarta, Senin (9/10/203).
Rapat yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD itu juga hadir Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong.
Dalam kesempatan tersebut, Fatoni mengatakan, pihaknya telah melakukan peninjauan lapangan dan menemukan informasi bahwa kebakaran yang terjadi begitu rapi ada di lahan-lahan konsesi dengan bangunan gedung di sekitarnya.
Baca juga: Muncul Kabar Pasar Slogohimo Sengaja Dibakar karena Akan Dibangun, Bupati Jekek: Tidak Berdasar
“Tapi gedung di dekat itu tidak terbakar seperti dijaga, tetapi lahannya itu dibakar," imbuhnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Fatoni, pihaknya bersama stakeholder terkait yakni Kodam, Polda, serta pemerintah kabupaten dan kota juga melibatkan masyarakat.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pihaknya juga melakukan berbagai sinergi dengan pihak lain.
“Kondisi lahan rawan kebakaran di Sumsel seluruhnya total 8.003 hektar (ha). Sementara itu, lahan gambut yang dimiliki Sumsel seluas 1,2 juta ha,” jelas Fatoni.
Sementara itu, lanjut dia, tercatat sejak Agustus 2023 hingga Oktober 2023 ada peningkatan titik panas yang cukup signifikan di Sumsel.
Baca juga: Menteri LHK: Dari 6.659 Titik Panas, 80 Persennya Berisiko Jadi Titik Api
Kondisi tersebut diperparah dengan sumber air yang terbatas untuk melakukan pemadaman, faktor angin yang kencang, serta lokasi kebakaran yang sulit dijangkau.
“Saat ini, kondisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Kota Palembang sudah berangsur membaik. Namun, pada September 2023 lalu sempat berada di kategori hitam, perlahan membaik ke kategori merah dan kuning,” ujar Fatoni.