KOMPAS.com - Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru mengatakan, kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) di Sumsel rata-rata terjadi di lahan yang terbengkalai dan sulit di akses.
" Karhutla ini tidak pernah terjadi di lahan yang dikelola. Untuk lahan terbengkalai, kami harus cari tahu apakah memang lahan itu dibengkalaikan atau memang tidak ada pemilik," katanya.
Hal tersebut dikatakan Herman Deru dalam rapat koordinasi (rakor) dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Aula Binapraja Pemprov Sumsel, Selasa (12/9/2023).
Sejumlah pihak terkait, seperti Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Karhutla, pemerintah kabupaten, dan berbagai instansi turut hadir untuk menyusun strategi mengendalikan karhutla di Sumsel.
Herman mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel selalu siaga dalam penanganan karhutla.
Baca juga: Gubernur Herman Deru: Sumsel Duduki Posisi Ketiga Provinsi Angka Stunting Terendah
"Kami selalu aktif melakukan pemadaman titik api di Sumsel dengan water bombing dan mengaktivasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) agar terjadi hujan," ujarnya dalam siaran persnya, Rabu (13/9/2023).
Dia menyebutkan, langkah lain yang dilakukan adalah memonitor Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
"Saat ini, kondisi ISPU fluktuatif. Kami juga menyiapkan posko kesehatan akibat pencemaran udara," jelasnya.
Herman berharap, ke depan ada cara permanen dalam penanganan karhutla. Baik Pemprov Sumsel dan BNPB Sumsel akan bersama-sama mencari solusi.
Sementara itu, Kepala BNPB Sumsel Suharyanto mengatakan, beberapa waktu lalu Singapura khawatir dampak asap karhutla berimbas ke negaranya.
“Karena itu, kami pantau karhutla saat ini. Berdasarkan kondisi hari ini, kami pastikan kekhawatiran negara tetangga itu tidak akan terjadi," katanya.
Suharyanto mengatakan, BNPB terus memprioritaskan penanganan karhutla di enam provinsi yang setiap tahun kerap terjadi karhutla, di antaranya Kalimantan Timur (Kaltim), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), Jambi, Riau, dan Sumsel.
"Ada enam provinsi yang memang kami prioritaskan, termasuk di Sumsel ini. Kami tidak ingin karhutla pada 2019 terjadi lagi pada tahun ini. Oleh sebab itu, kami semakin memasifkan upaya penanganan," jelasnya.
Terlebih, sambungnya, karhutla saat ini terjadi berbarengan dengan fenomena pemanasan suhu atau El Nino.
Dalam hal ini, kekeringan yang luar biasa bisa semakin membuat hutan dan lahan rentan terbakar.
Baca juga: Bakal Ada Hujan Buatan di Sumsel untuk Cegah Asap Karhutla Sampai ke Singapura
"Kami upayakan karhutla pada masa El Nino dapat terkendali. Berbagai strategi penanganan kami susun untuk mengatasi karhutla," ujarnya.
Strategi jangka pendek yang terus dijalankan adalah dengan melakukan pembasahan lahan sehingga tidak mudah terbakar.
"Kami akan susun strategi untuk memasifkan penanganan ini. Yang jelas, saat ini kami telah menambah peralatan, seperti bantuan helikopter water bombing dari daerah lain untuk pemadaman dari udara,” katanya.
Suharyanto mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan TMC untuk membuat hujan buatan di daerah dengan karhutla yang cukup luas.
Dia mengakui, lahan dan hutan di Sumsel masih ada yang terbakar, meski lebih banyak karhutla yang telah dipadamkan.
Baca juga: Restorasi Gambut Perlu Dilanjutkan untuk Cegah Karhutla di Lahan Gambut
"Memang ada beberapa kendala yang dihadapi. Salah satunya akses ke lokasi karhutla yang menyebabkan sulitnya pemadaman dari darat," jelasnya.
Komandan Resor Militer yang biasa disebut (Danrem) 044/Gapo M Naudi Nurdika menambahkan, sedikitnya ada 9.500 pasukan yang diturunkan dalam penanganan karhutla di Sumsel.
"Penanganan ini juga didukung pesawat maupun helikopter water bombing. Ini karena akses karhutla sulit dijangkau oleh pasukan penanganan yang ada di darat," jelasnya.
Pada kesempatan itu, BNPB RI juga memberikan bantuan dana siap pakai penanganan karhutla di Sumsel senilai Rp 4,5 miliar dan bantuan peralatan, seperti alat pelindung diri (APD), pompa jinjing, selang, pompa apung, nozel, tenda posko, dan velbet.
Sebelumnya, pada Selasa (12/9/2023) pagi, Gubernur Herman Deru bersama Kepala BNPB Suharyanto menijau sejumlah lokasi titik api, tepatnya di Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dari jalur udara.
Baca juga: Gubernur Herman Deru Paparkan Ancaman Karhutla di Sumsel kepada Kasad TNI
Keduanya terbang dari Landasan Udara (Lanud) Srimulyono Herlambang Talang Betutu Palembang sekitar pukul 09. 30 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Herman menegaskan, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalan Lampam Kabupaten OKI, terpantau ada titik api di wilayah tersebut.
"Masyarakat Sumsel, saya hari ini bersama Kepala BNPB RI Bapak Suharyanto, pagi ini akan meninjau fire spot yang ada di beberapa titik api, yakni di OKI," katanya.
Dia menyebutkan, peninjauan tersebut merupakan bentuk upaya serius Pemprov Sumsel dalam penanggulangan kabut asap di Kota Palembang dan sejumlah tempat lain akibat karhutla.
"Titik yang terbawa angin yang asapnya menuju Kota Palembang hari ini akan kami tinjau langsung proses pemadamannya. Doakan hari ini sukses pemadamannya," harapnya.
Baca juga: Karhutla Meluas, 35.000 Warga Sumsel Terkena ISPA