KOMPAS.com - Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin secara aktif mendorong budi daya berbagai jenis tanaman hortikultura di wilayahnya, mulai dari pisang Cavendish, sukun, nangka madu, nanas, cabai, dan timun.
Ia yakin bahwa budi daya tanaman hortikultura dapat membantu mengatasi berbagai masalah di masyarakat, seperti stunting, kemiskinan, dan pengangguran.
Inisiatif budi daya tanaman hortikultura merupakan bagian dari delapan program prioritas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel, terutama dalam bidang ketahanan pangan. Bahtiar juga memiliki tekad untuk menjadikan Sulsel sebagai produsen pisang terbesar di dunia.
Tekadnya dalam mempromosikan budi daya pisang Cavendish dilakukan dengan menyusuri desa dan kelurahan di 24 kabupaten/kota se-Sulsel.
Baca juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini: Awas, Banjir di Sulsel Bagian Barat
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Dirjen Politik dan PUM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) itu bahkan mengunjungi desa-desa terpencil, termasuk Desa Bontocani di Kabupaten Bone, yang sulit diakses dan tanpa jaringan telekomunikasi.
Dalam perjalanan tersebut, Bahtiar ingin memberikan contoh tentang pentingnya turun langsung ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat.
Pada salah satu kegiatan, ia melakukan penanaman pisang Cavendish di Desa Ulaweng Riaja, Kecamatan Amali, Kabupaten Bone, meskipun perjalanan cukup jauh dan kondisi jalan yang sulit dilalui.
Karena perjalanan yang cukup jauh, kegiatan tersebut dijadwalkan pada sore hari. Rombongan tiba di Desa Ulaweng Riaja menjelang magrib.
Baca juga: Jaga Ketahanan Pangan, Kementan Percepat Penanaman Padi di Kabupaten Bogor
Di awal perjalanan menuju lokasi penanaman, Bachtiar menaiki dompeng, kemudian berjalan kaki melalui jalan tani dan jalan tanah sejauh 300 meter (m). Dalam kondisi penerangan yang terbatas, ia juga harus melintasi titian dari bambu.
Ketika tiba di lokasi, Bahtiar sangat terkesan dengan tanaman pisang Cavendish yang telah ditanam oleh Abdul Hafid Mappatoba bersama Kelompok Tani (Poktan) Tani Mitra Utama I di desa tersebut.
Dari awalnya hanya enam bibit yang dibeli secara online, sekarang telah berkembang menjadi ribuan. Pemandangan hamparan pohon pisang Cavendish dan pisang lainnya menjadi begitu indah.
Bahtiar menunjukkan apresiasinya terhadap Abdul Hafid Mappatoba, yang tidak hanya seorang kepala sekolah tetapi juga seorang penceramah yang memahami Al Quran Surah Al Waqi'ah.
Baca juga: Kasus Perundungan Anak di Sukabumi, Kepala sekolah hingga Orangtua Dilaporkan ke Polisi
Dengan semangat, ia mengajak masyarakat untuk melakukan penanaman pisang Cavendish.
"Bapak Abdul Hafid ini adalah kepala sekolah dan penceramah juga. Wah, beliau paham Al Quran Surah Al Waqi'ah. Ayo kita tanam," ucap Bahtiar sebelum penanaman pisang Cavendish.
Selanjutnya, dalam perjalanan pulang, kendaraan dompeng tidak dapat memutar arah dan keluar dari jalan, meskipun petugas keamanan bersama warga telah berusaha.
Menghadapi situasi tersebut, Bahtiar dan Pj Bupati Bone memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki.
Baca juga: Efek Mengonsumsi Buah Pisang bagi Penderita Asam Urat
Sebelumnya, saat berada di Bone, Bahtiar juga telah melakukan perjalanan jauh melalui darat untuk mendukung program ketahanan pangan.
Ia berpartisipasi dalam kegiatan penanaman pisang Cavendish dan sukun di Desa Bonto Masunggu, Kecamatan Tellulimpoe.
Desa tersebut berbatasan langsung dengan Maros di sebelah timur, Kabupaten Pangkep di sebelah selatan, serta Kabupaten Barru di sebelah barat dan utara.
Dari Kota Makassar, jaraknya mencapai 78 kilometer (km), sementara dari Kota Watampone (Kabupaten Bone) lebih jauh lagi, yaitu sekitar 90 km. Desa ini dikenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa, termasuk keberadaan banyak air terjun.
Baca juga: 7 Cafe di Sentul Dekat Alam, View Gunung hingga Air Terjun
Namun, dalam perjalanan menuju desa tersebut, Bahtiar dan rombongan menghadapi tantangan karena menemui jalan yang terputus dan belum selesai.
Ia bersama rombongan turun langsung untuk mengangkut material batu agar jalan dapat dilalui. Meskipun mengalami kendala, kegiatan penanaman pisang Cavendish tetap dilakukan menjelang Maghrib, dan rombongan baru dapat kembali dan sampai di jalan utama desa pada malam hari.
"Kampung masyarakat kita di sini sangat terpencil. Kami melakukan perjalanan ini juga untuk mengetahui kondisi Sulsel yang luas sekali wilayahnya, dan potensi alamnya luar biasa sekali," ucap Bahtiar saat itu.