KOMPAS.com – Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu daerah yang memiliki kekayaan potensi budaya. Hingga 2022, tercatat sudah 64 karya budaya yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ( WBTB) Indonesia.
Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Sulsel Sukarniaty Kondolele saat menjadi salah satu narasumber dalam Seminar pada Inacraft 2023 di Merak Room, Jakarta Convention Center, Kamis (2/3/2023).
Seminar tersebut mengusung tema “Ragam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dan Indikasi Geografis Indonesia”.
“Sulawesi Selatan begitu kaya dengan potensi budaya, termasuk dengan karya budaya yang telah ditetapkan sebagai WBTB,” katanya dalam siaran pers, Sabtu (4/3/2023).
Sukarniaty mengatakan, kekayaan potensi budaya tersebut menjadi modal besar bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel untuk mengembangkan WBTB.
Baca juga: Menparekraf Apresiasi Sulsel yang Berhasil Jadi Ikon Inacraft 2023
Bahkan, kata dia, dua karya budaya dari Sulsel telah mendapatkan sertifikat dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco).
Dua karya itu, yakni naskah La Galigo sebagai Memory of The World (MOW) pada 2021 dan Pinisi sebagai The Art of Boatbuilding in South Sulawesi: Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2017.
“Naskah budaya La Galigo telah diakui Unesco, bahkan lebih panjang dari pada naskah Mahabharata, yang sebelumnya sebagai naskah terpanjang di dunia,” ungkap perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sulsel itu.
Ia mengatakan, Pemprov Sulsel mengapresiasi program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang mengarahkan setiap provinsi mengajukan karya budayanya untuk ditetapkan sebagai WBTB Indonesia.
Pada 2023, kata dia, Pemprov Sulsel telah mengusulkan beberapa karya budaya daerahnya untuk ditetapkan WBTB, di antaranya Pesta adat Jene’-Jene’ Sappara, Gantala Jarang, Tari Bondesa, Tammu Taung Pulau Pajenekang, Tari Pajaga Sando Batu, Tenun Toraja, Bahasa Wotu, A’rera, Mattojang Paccekke, Genrang Labobo, Bosara, dan Nasu Palekko.
Baca juga: Gubernur Andi Gelar Sulsel Jalan Anti Mager bersama 60.000 Warga Kabupaten Barru
Pada kesempatan tersebut, Sukarniaty menyebutkan, Pemprov Sulsel terus berkomitmen mempertahankan dan menjaga WBTB. Hal itu salah satunya dilakukan dengan menghadirkan kebijakan penggunaan bahasa daerah dalam satuan pendidikan.
“Bapak Gubernur telah mempresentasikan local language dihadapan Unesco. Pemprov Sulsel juga telah mengkaver di dalam kurikulum (pendidikan) berkaitan dengan pemberdayaan penggunaan local language,” jelasnya.
Sukarniaty menyebutkan, Gubernur Sulsel juga memiliki kebijakan lain untuk mendorong WBTB supaya dapat bernilai ekonomis bagi masyarakat.
“Kebijakan itu adalah mendaftarkan Indikasi Geografis dan memberikan sertifikasi gratis secara berkesinambungan terhadap produk-produk WBTB tersebut sehingga memiliki nilai tambah dan nilai jual yang lebih baik," tuturnya.
Sukarniaty menyampaikan, Pemprov Sulsel mengapresiasi Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) yang menjadikan Sulsel sebagai ikon Inacraft 2023.
Baca juga: Wakili Indonesia, Gubernur Sulsel Jadi Pembicara di Forum UNESCO
“Kami memiliki kekayaan budaya, termasuk kerajinan. Olehnya itu, kami mengusung sub tema dalam Inacraft ini, yakni ‘The Authentic South Sulawesi’. Bagaimana kita memperkenalkan kebudayaan Sulawesi Selatan dalam pameran ini,” tuturnya.
Turut hadir sebagai narasumber dalam seminar Inacraft 2023, di antaranya Plt Direktur Jenderal (Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Razilu, Ketua Umum Asephi Muchsin Ridjan, dan sejumlah narasumber lainnya.