KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat berkolaborasi bersama di bidang riset program melalui Partnership for Australia Indonesia Research (PAIR).
Program kolaborasi ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Sulawesi Selatan ( Sulsel), Nurdin Abdullah.
“Program PAIR akan mendukung Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dalam ketersediaan data dan informasi yang dapat dijadikan landasan kebijakan dalam bentuk program,” ujar Nurdin saat peluncuran program tersebut di Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Senin (18/11/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Menurut dia, ke depannya tidak akan ada lagi kebijakan pemerintah yang dirancang tanpa landasan riset.
Baca juga: Ini Langkah Disdukcapildalduk Sulsel Sukseskan Pilkada Serentak 2020
Nurdin pun mengimbau seluruh kepala daerah di Sulsel agar ke depannya membuat program kebijakan berbasis riset.
Sementara itu, program PAIR melibatkan 500 peneliti dari 11 perguruan tinggi. Tujuh di antaranya berasal dari Indonesia, termasuk Universitas Hasanuddin (Unhas).
Kerja sama riset ini utamanya dalam bidang energi, air, infrastruktur, dan pengembangan teknologi informasi.
Baca juga: Wagub Sulsel Janji Perbaiki Jalan yang Samsul Buat dengan Linggis Selama 10 Tahun
"Kami berharap program PAIR ini bisa membangun kolaborasi yang baik antara para ahli di Australia dengan Indonesia," kata Nurdin.
Tidak lupa, ia juga mengapresiasi program PAIR. Menurut Gubernur Sulsel, sudah saatnya para ahli mulai berkolaborasi dengan semua pihak.
Sementara itu, Duta besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan mengaku senang bisa bekerja sama dengan Pemprov Sulsel di bidang energi, air, dan pengembangan teknologi informasi.
“Pemerintah Australia senang sekali bisa mendukung program ini yang penting untuk memberikan data informasi dengan baik,” kata Gary.
Menurut dia, ketersediaan informasi merupakan landasan suatu kebijakan yang bisa diwujudkan dalam bentuk program.
Baca juga: Nurdin Ingin Pantai Mandala Ria Jadi Destinasi Wisata Unggulan Sulsel
“Pemerintah Australia sendiri akan fokus di Makassar dan sekitarnya terlebih dahulu karena ekosistemnya yang serupa dengan Australia,” imbuh Gary.
Ia berharap melalui kolaborasi tersebut, akan dihasilkan data-data yang memadai untuk mendukung perumusan kebijakan di masa depan.
Selain Gary, hadir pula di acara ini, CEO The Australia Indonesia Center, Eugene Sebastian, Konjen Australia di Makassar, Richard Mathews, dan para peneliti perguruan tinggi.