KOMPAS.com – Gubernur Sulawesi Selatan ( Sulsel) Nurdin Abdullah mengimbau semua pihak untuk mengantisipasi peningkatan harga komoditas menjelang akhir tahun.
Menurutnya, dari 17 komoditas yang paling sering menyebabkan inflasi, ada empat komoditas utama yang menjadi kategori prioritas.
Keempat komoditas itu, yakni beras, ikan bandeng, daging ayam ras, dan ikan cakalang. Komoditas ini perlu mendapatkan perhatian lebih karena persistensi tinggi dengan bobot dominan dibandingkan komoditas lain.
Contohnya, beras memiliki persistensi yang cukup tinggi (0,54) dengan bobot inflasi 4,81 persen.
Baca juga: Percepat Pembangunan, Sulsel Buat Rancangan Anggaran Sebelum Penyerahan DIPA
Selain itu, menurutnya, masih ada beberapa masalah struktural yang menjadi penyebab inflasi. Misalnya, ketimpangan harga di tingkat petani dan pedagang.
Permasalahan rentenir yang banyak melilit petani kecil hingga pedagang yang menyimpan dan tidak mendistribusi barang.
“Jangan sampai sejak Indonesia merdeka sistem ijon (penjualan hasil tanaman dalam keadaan hijau atau masih belum dipetik dari batangnya) dan penguatan modal melalui rentenir," papar Nurdin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (15/11/2019).
Selain itu, ke depan, dia berharap petani tidak lagi mengandalkan cara petik jual. Namun, dapat mengolah hasil produksi sehingga memiliki nilai tambah.
Baca juga: Ini Langkah Disdukcapildalduk Sulsel Sukseskan Pilkada Serentak 2020
Untuk itu, diperlukan penguatan strategi tim pengendali inflasi daerah dalam jangka panjang. Nurdin menambahkan, untuk mengendalikan inflasi perlu dilakukan secara struktural melalui tiga strategi utama.
Pertama, melakukan penguatan produksi dan distribusi. Kedua, melalui teknologi dengan penguatan riset dan aplikasi teknologi tepat guna. Terakhir, melalui pembiayaan dengan penguatan skim pembiayaan produksi pertanian.
Strategi lain yang tidak kalah penting, yakni pemerataan pertumbuhan ekonomi untuk petani dan nelayan. Menurutnya, langkah itu akan mendorong perbaikan inflasi Sulsel secara struktural.
Guna memperkuat strategi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel mengadakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulsel dan Kabupaten Kota Se-Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel, Jumat (15/11/2019).
Baca juga: Ini Alasan Wagub Andi Dorong Wisata Halal di Sulsel
"Kami berharap pertemuan ini berhasil menghasilkan inovasi dalam pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi Sulsel," katanya.
Terkait angka inflasi Sulsel, pada 2019 diperkirakan berada pada rentang 3,5 persen plus minus 1 persen.
Sementara itu, pada triwulan III-2019, ekonomi Sulsel tercatat tumbuh 7,21persen dan menjadi pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
"Namun tetap perlu diantisipasi peningkatan harga menjelang akhir tahun," kata Nurdin.
Sebagai informasi, rapat tersebut dihadiri juga Sekretaris Provinsi Sulsel Abdul Hayat Gani, anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), bupati dan wali kota Sulsel, pimpinan perbankan, Kepala OJK Regional 6 Sulampua Zulmi, dan Ketua MUI Sulsel KH Sanusi Baco.
Selain memimpin rapat, Gubernur Sulsel pun menerima piagam penghargaan dari Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan.
Penghargaan itu diberikan karena kepemimpinan kuat Nurdin (strong leadership) dalam pengendalaian inflasi daerah, digitalisasi daerah dan kelencaran pengedaran uang rupiah.