KOMPAS.com - Bupati Siak Alfedri bersama kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) dengan tema " Kolaborasi Pemerintah Daerah dan Ibu Kota Nusantara untuk Mewujudkan Kota Dunia untuk Semua", di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (14/3/2024).
"Ya, kami ikut dalam rapat koordinasi tentang Ibu Kota Nusantara (IKN). Tentunya Pemerintah Kabupaten Siak satu diantara pemerintah daerah lainnya sangat mendukung program ungulan bapak Presiden RI Joko Widodo (unutk) menjadikan Indonesia emas di tahun 2045," ujar Alfedri dalam siaran persnya, Jumat.
Rakor yang diprakarsai oleh Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) Deputi Bidang Pembangunan ini adalah sebagai upaya untuk menyosialisasikan pengenalan IKN kepada kepala daerah.
Tak hanya itu, rakor tersebut juga untuk mengajak kepala daerah berkontribusi terhadap keberlangsungan dan mendukung terciptanya pusat ibu kota terbarukan, yang sesuai dengan khasanah budaya nusantara, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Nantinya pusat kota di IKN tersebut akan mengusung konsep kota terbarukan yang ramah lingkungan dan terdepan dalam menciptakan suasana asri, alami serta cinta bumi.
Baca juga: 16,47 Persen Area Hijau di IKN Bakal Jadi Kawasan Pangan
Kepala OIKN Bambang Susantono mengatakan, IKN menjadi langkah transformasi untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
"IKN adalah bentuk kontribusi aktif Indonesia dalam menjawab berbagai tantangan, tentu Indonesia akan mendunia sebagai contoh pengembangan kota urban di dunia," kata Bambang dalam siaran persnya.
Hadir dalam rakor tersebut Ridwan Kamil. Mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) ini merupakan kurator atau mandor yang mengawasi, menggerakan dan merencanakan pembangunan IKN,
Pada kesempatan itu, Ridwan Kamil membandingkan pembangunkan IKN dengan DKI Jakarta. Menurutnya DKI Jakarta tidak pernah di desain sebagai ibu kota negara.
"Jakarta ini dari dulu tidak pernah di persiapkan untuk jadi ibu kota. Saya ulangi, Jakarta dari dulu tidak pernah disiapkan menjadi Ibu Kota Republik Indonesia," kata pria yang akrab disapa Kang Emil ini.
Dia mengatakan, Jakarta menjadi Ibu Kota karena ketidaksengajaan dan keterpaksaan karena keadaan pada masa itu.
"Oleh karena itu pusat Ibu Kota (Indonesia pada masa lalu) selalu berpindah-pindah karena memang tidak ada konsep dan perencanaan ketika bangsa ini merdeka," kata Kang Emil.
Baca juga: Terapkan Green Tourism di IKN, Kemenparekraf Siapkan Dana Alokasi Khusus
Untuk itu, dia mengajak seluruh kepala daerah ikut serta menginvestasikan dan sesegera mungkin merealisasikan Ibu Kota Terbarukan di IKN. Kang Email yakin dengan usaha bersama-sama pembangunan IKN akan tercapai.
"Harus saya akui, karena melalui konsep tata kelola IKN akan tercipta unsur-unsur kenusantaraan kita tampil di IKN ini, seperti ragam macam khas adat budaya akan mengisi di setiap fasilitas dan ruang untuk di tampilkan sebagai indentitas nusantara nantinya. Sehingga dapat membentuk ekosistem terbarukan," ujar Kang Emil.
Kang Emil pun membuka mata cakrawala para kepala daerah untuk bisa ambil bagian dalam pembangunan IKN.
Dia juga meminta kepala daerah untuk memandang investasi terbarukan akan tercipta di kawasan IKN dalam wujud fasilitas publik. Dengan begitu, kota IKN akan bisa menjadi kota yang layak huni dan dicintai.