Riau for Green Melesat ke London, Pengamat Apresiasi Langkah Gubernur Abdul Wahid

Kompas.com - 25/06/2025, 10:48 WIB
Tsabita Naja,
Dwinh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyair sekaligus pengamat kebijakan publik yang menyoroti tema-tema lingkungan dalam karya dan refleksinya, Iben Nuriska mengapresiasi langkah Gubernur Riau Abdul Wahid yang berhasil membawa Riau for Green ke forum London Climate Action Week.

Iben mengenang masa ketika asap pekat akibat kebakaran hutan menjadi rutinitas tahunan di Riau, menyebabkan sekolah ditutup, gangguan pernapasan, serta langit yang gelap akibat polusi.

Menurutnya, kebakaran lahan dan hutan bukan terjadi tanpa sebab, melainkan akibat sistem yang membiarkan pembukaan lahan, penebangan hutan, dan penurunan muka air berlangsung tanpa kendali.

Selama bertahun-tahun, Provinsi Riau bahkan disebut sebagai salah satu titik krisis lingkungan terparah di Asia Tenggara oleh berbagai laporan internasional.

Baca juga: Prabowo: Kesalahan Besar Banyak Negara Asia Tenggara Cenderung Ikut Kekuatan Besar Dunia

Di tengah reputasi suram tersebut, kata Iben, arah baru perlahan mulai disusun dengan langkah-langkah tenang yang membangun kembali kepercayaan publik.

"Kehadiran Gubernur Riau Abdul Wahid dalam forum internasional bertajuk REDD+ Investment Opportunities: Supply and Demand Roundtable di London, memberi isyarat penting bahwa diplomasi iklim bukan lagi domain eksklusif Jakarta," ucapnya melalui siaran pers, Rabu (25/6/2025).

Iben menyebut, forum REDD+ yang merupakan bagian dari London Climate Action Week, menjadi tempat berkumpulnya berbagai aktor utama global.

Sejumlah korporasi seperti Shell, Microsoft, dan Citigroup, hingga lembaga keuangan internasional dan perwakilan pemerintah seperti Greater London Authority dan Standard Chartered turut hadir dalam forum internasional tersebut.

Baca juga: Korporasi China Gandeng Danantara untuk Perluas Investasi di RI

“Di ruang-ruang perundingan itu, Riau tidak lagi dibicarakan dari kejauhan. Riau hadir langsung dan menawarkan potensi, bukan sekadar menjelaskan persoalan,” tutur Iben.

REDD+, singkatan dari Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation, merupakan skema internasional untuk menurunkan emisi karbon melalui pelestarian hutan dan dukungan pendanaan lintas negara.

Dalam kerangka ini, sebut Iben, negara berkembang yang menjaga hutannya dapat menerima insentif dari negara maju atau sektor swasta yang membutuhkan kompensasi karbon.

Kehadiran Riau dalam forum tersebut, menurutnya, bukan hanya bentuk partisipasi formal, tetapi menunjukkan upaya nyata untuk beralih dari penerima dampak menjadi bagian dari penyusun solusi.

Baca juga: Gubernur Riau Unjuk Kepemimpinan Hijau di London, Dilirik Investor Pasar Karbon Dunia

Peralihan tersebut terlihat dari kesuksesan program Riau for Green, kesiapan arsitektur REDD+ di tingkat provinsi, serta koordinasi lintas kementerian yang telah ditempuh sejak awal masa jabatan Abdul Wahid.

Membangun kepercayaan publik internasional

Pada kesempatan yang sama, Iben menjelaskan bahwa mengubah citra provinsi yang identik dengan deforestasi menjadi mitra dalam konservasi merupakan tantangan yang tidak mudah.

Pasalnya, pendekatan yang dibangun bukan tentang pencitraan, melainkan keseriusan dalam menata ulang fondasi kebijakan.

Kepercayaan publik internasional tidak dibangun dalam waktu singkat. Namun, ketika calon pembeli kredit karbon menyatakan minatnya secara terbuka, menandakan bahwa upaya yang dilakukan mulai membuahkan hasil.

"Transparansi dan konsistensi menjadi kunci. Sebab, diplomasi kali ini tidak dibangun dari pidato dan baliho, melainkan dari penyusunan kerangka kerja, proses yang tekun, dan keberanian memulai di tengah keterbatasan," tegas Iben.

Baca juga: Diplomasi Strategis Prabowo ke Rusia: Mendorong Poros Baru Kerja Sama Ekonomi

Menurutnya, pembangunan berkelanjutan tidak berarti menolak investasi, melainkan menata ulang prioritas pertumbuhan.

Iben mengungkapkan bahwa di banyak wilayah, ekonomi hijau hanya menjadi kemasan baru dari eksploitasi lama.

Namun, upaya menjadikan skema karbon sebagai jembatan antara kepentingan manusia, tanah, dan negara, mulai tampak konkret di Riau, setidaknya terlihat melalui arah yang diambil Abdul Wahid.

Iben menegaskan, potensi nyata dari ekonomi hijau akan terlihat ketika dana karbon, hasil pemantauan satelit, dan insentif internasional menjangkau desa-desa pinggir hutan.

Baca juga: Kemenaker: Ekonomi Hijau Bisa Ciptakan Lapangan Kerja Baru

"Ketika masyarakat adat, petani kecil, dan koperasi lokal mulai merasakan manfaat langsung dari komitmen ekologis, maka diplomasi yang semula berpusat di kota besar dunia akan menemukan akar di tempat yang seharusnya, yakni di hutan dan tanah yang dijaga," tegasnya.

Kerja nyata Abdul Wahid

Iben menilai bahwa gaya kepemimpinan Abdul Wahid tidak bertumpu pada simbol atau pernyataan besar, dan justru di situlah letak kekuatannya.

Pendekatan yang menjauhi sorotan dan lebih memilih bekerja dalam proses, menurutnya, memberikan ruang bagi kepercayaan publik tumbuh secara alami.

“Abdul Wahid datang bukan dengan janji penyelamatan besar-besaran, tetapi membuka ruang kerja konkret. Kepercayaan publik hadir karena kontinuitas, bukan retorika,” kata Iben.

Baca juga: Polisi Membahas Cara Meningkatkan Kepercayaan Publik terhadap Lembaganya

Menurut Iben, yang menjadikan diplomasi menjadi penting bukan hanya keikutsertaan dalam forum, tetapi hasil yang dibawa pulang dan arah kebijakan yang diambil.

Saat banyak daerah sibuk mencari dana, Riau menunjukkan bahwa kehormatan juga bisa datang dari kemampuan menjaga, bukan membabat.

"Arah masa depan tidak harus mengorbankan hutan untuk pertumbuhan, tetapi bisa dibangun dengan mempertahankan hutan agar tetap hidup," imbuh Iben.

Ia menegaskan bahwa forum REDD+ bukanlah garis akhir, melainkan awal dari babak baru.

Baca juga: Komitmen Pemprov Riau Dukung Program REDD+, Kolaborasi Lintas Sektor untuk Pengurangan Emisi GRK

Tantangan ke depan justru akan lebih berat, seperti memastikan suara masyarakat adat didengar dalam perencanaan, pendanaan tidak berhenti di meja birokrasi, proyek karbon memberi manfaat bagi koperasi desa, serta komitmen generasi muda yang ingin mengolah tanah tanpa membakar.

Hadirnya Abdul Wahid membawa Riau for Green di forum REDD+ menandakan bahwa dunia telah mendengar langkah yang diambil Pemerintah Provinsi Riau.

Abdul Wahid mengambil langkah yang tenang dan jauh dari sorotan media, tetapi memberi sinyal cukup jelas bahwa perubahan bisa datang dari wilayah yang dulu dianggap sebagai sumber masalah.

"Mungkin di situlah harapan bisa tumbuh. Tanah yang pernah terbakar masih bisa melahirkan arah baru ketika pemimpin memilih berjalan dengan kehati-hatian, bukan dengan tepuk tangan," pungkas Iben.

Baca juga: Program Riau for Green Diakui Dunia, Gubernur Abdul Wahid Melenggang ke Forum UNEP di London

Terkini Lainnya
Dukung Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Plt Gubernur Riau Hadiri Rakorendal BNPP

Dukung Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Plt Gubernur Riau Hadiri Rakorendal BNPP

Riau
Pemprov Riau Apresiasi 9 Kabupaten/Kota yang Sukses Raih Penghargaan UHC

Pemprov Riau Apresiasi 9 Kabupaten/Kota yang Sukses Raih Penghargaan UHC

Riau
Peringati HKN Ke-61, Pemprov Riau Tekankan Kesehatan sebagai Fondasi Masa Depan

Peringati HKN Ke-61, Pemprov Riau Tekankan Kesehatan sebagai Fondasi Masa Depan

Riau
Dukung Percepatan Proyek Roro Dumai–Melaka, Pemprov Riau Jalin Kerja Sama dengan IMT-GT

Dukung Percepatan Proyek Roro Dumai–Melaka, Pemprov Riau Jalin Kerja Sama dengan IMT-GT

Riau
Konferensi Wakaf Internasional Dorong Kebangkitan Wakaf di Riau

Konferensi Wakaf Internasional Dorong Kebangkitan Wakaf di Riau

Riau
Dukung Pemberdayaan Cabang–Ranting, UMRI Raih Anugerah PTMA Peduli CRM 2025

Dukung Pemberdayaan Cabang–Ranting, UMRI Raih Anugerah PTMA Peduli CRM 2025

Riau
Pemuda Katolik Riau Gelar Seminar Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Wujud Kontribusi pada Isu Sosial

Pemuda Katolik Riau Gelar Seminar Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Wujud Kontribusi pada Isu Sosial

Riau
Wujudkan Konektivitas, Pemprov Riau Dukung Kesiapan Akses dan Perizinan Proyek Roro Dumai-Melaka

Wujudkan Konektivitas, Pemprov Riau Dukung Kesiapan Akses dan Perizinan Proyek Roro Dumai-Melaka

Riau
Kontingen Riau Raih 17 Medali dalam Olimpiade Madrasah Indonesia Nasional 2025

Kontingen Riau Raih 17 Medali dalam Olimpiade Madrasah Indonesia Nasional 2025

Riau
BKOW Riau Dinilai Miliki Peran Strategis Turunkan Stunting

BKOW Riau Dinilai Miliki Peran Strategis Turunkan Stunting

Riau
Pemprov Riau Raih Penghargaan AMH 2025, Bukti Komitmen Perkuat Komunikasi Publik

Pemprov Riau Raih Penghargaan AMH 2025, Bukti Komitmen Perkuat Komunikasi Publik

Riau
Pendidikan Kader Ulama Berbasis Desa, Strategi MUI Riau Hadirkan Teladan bagi Masyarakat

Pendidikan Kader Ulama Berbasis Desa, Strategi MUI Riau Hadirkan Teladan bagi Masyarakat

Riau
Program Pemutihan PKB Hanya Sampai 15 Desember, Pemprov Riau Tekankan Manfaatnya

Program Pemutihan PKB Hanya Sampai 15 Desember, Pemprov Riau Tekankan Manfaatnya

Riau
Kasus Kanker Meningkat, Pemprov Riau Gencarkan Edukasi Deteksi Dini

Kasus Kanker Meningkat, Pemprov Riau Gencarkan Edukasi Deteksi Dini

Riau
Polda Riau Gelar 2 Agenda Ekologis, Kapolda: Ikhtiar Moral untuk Jaga Bumi

Polda Riau Gelar 2 Agenda Ekologis, Kapolda: Ikhtiar Moral untuk Jaga Bumi

Riau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com