KOMPAS.com - Di balik dinamika dan perkembangan pesat Kota Tangerang, terdapat warisan budaya yang tak tergoyahkan zaman, yakni budaya China Benteng atau Tionghoa Benteng.
Budaya Tionghoa Benteng bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga denyut kehidupan yang terus mengalir hingga hari ini, menjadi jiwa yang memberi warna dan makna pada Kota Tangerang.
Satu komunitas, dua dunia. Komunitas Tionghoa Benteng disebut demikian karena dulu mereka bermukim di sekitar benteng pertahanan Belanda.
Mereka bukan hanya keturunan perantau, tetapi juga anak kandung dari tanah Nusantara. Di sinilah bisa dilihat bagaimana budaya melebur menjadi identitas unik.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang Boyke Urip Hermawan mengatakan, langkah pertama mengenal budaya Tionghoa Benteng bisa dimulai dari Klenteng Boen Tek Bio.
Klenteng Boen Tek Bio merupakan salah satu klenteng tertua di Kota Tangerang yang berdiri sejak 1684.
Boyke mengatakan, klenteng itu bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat aktivitas sosial dan budaya masyarakat Tionghoa Benteng.
Baca juga: Weekend Seru Bersama Keluarga? Yuk, Jelajahi Destinasi Favorit di Kota Tangerang
“Ini menjadi kekayaan budaya Kota Tangerang yang sangat melekat. Bahkan rugi jika tidak mengunjunginya saat menginjakkan kaki ke Kota Tangerang,” ujarnya melansir tangerangkota.go.id, Jumat (25/4/2025).
Ia menjelaskan, setiap tahun perayaan Cap Go Meh atau Ceng Beng di klenteng tersebut menjadi magnet wisata budaya.
Arak-arakan, musik tradisional, serta sajian kuliner khas, seperti kue keranjang dan lainnya, menyatukan ribuan pengunjung dari berbagai latar belakang.
Boyke mengatakan, dalam kebudayaan Tionghoa Benteng, tersaji pula rasa dari warisan, yaitu tak lengkap membahas Tionghoa Benteng tanpa mencicipi kekayaan kulinernya.
“Salah satunya seporsi laksa Benteng, laksa khas Kota Tangerang yang kental dengan rempah dan disajikan bersama ketupat serta telur rebus,” tuturnya.
Dia juga merekomendasikan kue rangi Benteng yang merupakan perpaduan legit antara kelapa, gula merah, dan sentuhan rasa oriental.
Baca juga: Kota Tangerang Tunjukkan Wajah Multikultural kepada Dunia lewat Ragam Festival
“Bisa dipastikan, warung-warung kecil di Kawasan Pasar Lama menjadi surga tersembunyi bagi pencinta kuliner tradisional,” kata Boyke.
Kini, banyak generasi muda Tionghoa Benteng yang hidup di luar kawasan tradisional, bekerja di sektor modern dan tidak lagi fasih dalam bahasa nenek moyangnya.
Meski demikian, beberapa komunitas lokal dan penggerak budaya berusaha menjaga agar warisan ini tidak punah.
Saat ini, banyak generasi muda Tionghoa Benteng yang memilih berkarier di sektor modern dan tinggal di luar kawasan tradisional sehingga kehilangan kemahiran berbahasa dalam dialek nenek moyang mereka.
Namun, semangat menjaga warisan budaya tetap hidup tak pernah padam. Berbagai komunitas lokal dan penggerak budaya terus berjuang untuk melestarikan kekayaan budaya leluhur.
“Salah satunya adalah kegiatan Benteng Heritage Walk, sebuah tur budaya yang mengenalkan sejarah dan kehidupan komunitas Tionghoa Benteng secara langsung kepada publik,” kata Boyke.
Baca juga: Staycation di Kota Tangerang: Pilihan Hotel Unik, Wisata Budaya, dan Kuliner Khas
Jejak Tionghoa Benteng di Kota Tangerang menjadi bukti tentang bagaimana suatu komunitas dan budaya dapat berdialog, menyatu, dan terus bertahan menghadapi zaman.
Dalam harmoni keberagaman Indonesia, kisah mereka menjadi pengingat bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan sumber kekuatan untuk tumbuh bersama.