KOMPAS.com - Pemerintah (Pemkot) Kota Tangerang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang akan melaksanakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting di 1.097 pos pelayanan terpadu (posyandu) di seluruh kota.
Program tersebut berlangsung mulai Sabtu (1/6/2024) hingga Minggu (30/6/2024), dengan target mengukur dan menginput data pertumbuhan 85.474 bayi bawah lima tahun (balita) ke dalam aplikasi Sistem Informasi Pendataan (SiData) dan elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Seluruh balita di setiap kelurahan akan menjalani pengukuran berat badan, panjang atau tinggi badan. Pengukuran ini bertujuan memastikan 100 persen balita terdata dengan baik.
Pelaksana Harian (Plh) Dinkes Kota Tangerang Mugiya Wardhany menjelaskan bahwa ada 11 program spesifik dan sensitif untuk menurunkan stunting di Kota Tangerang.
Baca juga: Semua Rencana Telah Dijalankan, Pemkab Blora Optimistis Prevalensi Stunting Jadi 14 Persen pada 2024
“Program spesifik pertama, yaitu skrining anemia. Program ini melibatkan pemeriksaan kadar hemoglobin untuk remaja putri sebelum hamil, termasuk siswi kelas VII dan X,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (1/6/2024).
Kedua, konsumsi tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri. Program ini dilaksanakan dengan memberikan TTD setiap minggu di sekolah bagi remaja putri sebelum hamil.
Ketiga, pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil akan menjalani antenatal care (ANC) sebanyak enam kali, dua di antaranya dengan dokter, termasuk penggunaan ultrasonografi (USG) .
“Keempat, konsumsi TTD untuk ibu hamil. Program ini memastikan ibu hamil menerima minimal 90 tablet TTD selama kehamilan,” imbuh Mugiya.
Baca juga: Morning Sickness Terjadi pada Usia Kehamilan Berapa Bulan?
Kelima, pemberian makanan tambahan bagi ibu kekurangan energi kronis (KEK). Ibu hamil dengan kondisi KEK akan mendapatkan makanan tambahan.
Keenam, pemantauan tumbuh kembang. Balita akan diukur panjang badan dan dipantau perkembangannya di posyandu setiap bulan.
“Program ketujuh, air susu ibu (ASI) eksklusif. Bayi akan mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hingga usia enam bulan,” jelas Mugiya.
Selanjutnya, pemberian makanan tambahan. Balita usia 12-32 bulan akan mendapatkan protein hewani seperti telur.
Baca juga: Resep Bolu Gulung Pandan 5 Telur, Harum dan Lembut Teksturnya
Program lainnya adalah tata laksana balita dengan masalah gizi. Balita dengan gizi kurang akan dirujuk dari posyandu ke puskesmas, sementara balita dengan gizi buruk akan mendapatkan penanganan khusus dan dirujuk ke rumah sakit.
Program spesifik terakhir adalah peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi. Balita akan menerima pelayanan imunisasi rutin, kampanye bulan imunisasi dasar, serta tiga imunisasi tambahan, yaitu pneumococcal conjugate vaccine (PCV), rotavirus, dan infeksi human papillomavirus (HPV) untuk mencegah pneumonia dan diare.
“Sementara untuk program sensitif, yaitu edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita. Program ini memberikan edukasi bagi remaja putri, ibu hamil, balita, dan masyarakat umum sebelum dan setelah kelahiran anak,” tutur Mugiya.