TRENGGALEK, KOMPAS.com - Ribuan hektar Lahan Pertanian dan Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Bumi Menak Sopal akan berubah fungsi menjadi lahan terbangun.
Perubahan itu bakal terjadi karena pemerintah daerah berencana memanfaatkan lahan-lahan di jalur strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Heru Saptono mengatakan, saat ini luas lahan pertanian produktif di Kabupaten Trenggalek mencapai 12 ribu hektar.
Demi meningkatkan perekonomian masyarakat di Trenggalek, sebagian lahan produktif itu akan berubah status menjadi lahan terbangun, yang masuk dalam zona kuning.
Baca: Butuh Lahan Parkir, Emil Berdialog dengan Pedagang Pantai Simbaronce
Lahan yang dinilai strategis oleh pemerintah, seperti yang terletak di kanan dan kiri ruas jalan nasional maupun jalan provinsi serta lahan yang masuk area pengembangan ekonomi sesuai dengan kebijakan pemerintah.
“Di sisi lain, kami juga memiliki batas atau target berapa luasan lahan produktif,” ungkapnya akhir pekan lalu kepada Kompas.com.
Sebagaimana ketetapan pemerintah provinsi yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2016 tentang Perlindungan LP2B, pemerintah daerah wajib mempertahankan 8.639 hektar lahan produktif.
Berdasarkan aturan itu, Pemerintah Trenggalek bakal menentukan daerah mana saja yang masuk zona hijau (lahan pertanian produktif) atau zona kuning (lahan terbangun, bukan LP2B). “Ini masih menunggu kebijakan bupati,” ujarnya.
Baca: Begini Tren Pertumbuhan Investasi di Trenggalek
Menurut dia, penetapan zona itu akan masuk dalam Rencana Detil Tata Ruang Perkotaan (RDTRK) yang akan disusun pemerintah.
Heru Saptono mengatakan, lahan di kanan dan kiri jalur strategis itu nantinya masuk zona kuning. Luasnya, sekira beberapa puluh meter dari bahu jalan.
Sejumlah daerah, imbuhnya, sudah final ditetapkan masuk zona kuning, seperti wilayah perkotaan yakni wilayah perkotaan. Bahkan, Kecamatan Watulimo diproyeksikan menjadi kota maritim baru yang potensial meningkatkan ekonomi daerah.
“Ini sedikit dilematis, karena sejumlah daerah tersebut memiliki lahan yang subur dan memiliki produksi pertanian yang cukup tinggi,” katanya. (KONTRIBUTOR TRENGGALEK/ SLAMET WIDODO)