KOMPAS.com – Memperingati momentum Hari Ulang Tahun (HUT) ke-10 Kalimantan Utara ( Kaltara), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara menjanjikan revitalisasi duplikat Istana II Kesultanan Bulungan.
Gubernur Kaltara Zainal Paliwang mengatakan, Pemprov Kaltara telah menerima hibah lahan seluas kurang lebih satu hektar (ha) dari kuasa ahli waris Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin, yakni Datu Dissan Hasanuddin.
Menurutnya, pembangunan Istana II Kesultanan Bulungan tersebut akan menyerupai bentuk aslinya.
“Sebenarnya pada 2021 sempat dianggarkan, tetapi kami tidak mau gegabah. Jadi kami menunggu untuk ada diberikan hibah dari ahli warisnya. Saya rasa semua keluarga keturunan sudah dikomunikasikan dan insya Allah tidak ada masalah,” ujar Zainal dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, di Tanjung Selor, Senin (14/11/2022).
Baca juga: Kadin Datangkan Investor Kanada untuk Studi Green Airport di Kaltara
Dari sisi pendanaan, Zainal mengatakan, setidaknya dibutuhkan dana sebesar Rp 40 miliar untuk pembangunan Istana II Kesultanan Bulungan.
“Kita akan mulai (pembangunan) secepatnya, tidak hanya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD) saja, tapi kita juga mencari pendanaan dari yang lain. Diharapkan untuk ke depannya, bangunan ini bisa jadi destinasi wisata sejarah,” ungkap Zainal.
Sementara itu, Datu Dissan Hasanuddin selaku ahli waris dari Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin telah memastikan penghibahan lahan itu tidak akan menuai permasalahan yang baru.
Ia menjelaskan, lahan yang telah dihibahkan tersebut memiliki dasar legal formal berupa sertifikat dan lahan tersebut merupakan aset turun temurun dari Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin.
Baca juga: Tekan Disparitas Harga di Pedalaman, Pemprov Kaltara Luncurkan SOA Barang ke Krayan
“Aset lahan tersebut merupakan turun temurun dari Ayahanda saya, jadi lahan yang dihibahkan tersebut memang tidak akan ada timbul permasalahan,” ujar Datu Dissan.
Untuk diketahui, Kesultanan Bulungan merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara yang terletak di Kalimantan Utara. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sejak abad ke-16, tetapi baru berubah menjadi kesultanan pada abad ke-18.
Seiring berjalannya waktu, muncul ketegangan antara keluarga Kesultanan Bulungan dan pasukan militer Indonesia yang terus memuncak, hingga diakhiri dengan pertumpahan darah yang merenggut banyak nyawa.
Tragedi memilukan berupa pembakaran dan pembantaian pada Kesultanan Bulungan itu dikenal dengan Tragedi Bulungan, Tidung, dan Kenyah ( Bultiken) yang terjadi pada 1964 lalu.
Akibat dari tragedi tersebut, Istana II Kesultanan Bulungan yang terletak di Tanjung Palas, Bulungan itu dibongkar, sehingga tidak menyisakan jejak hingga hari ini.