Buku Bupati Hamim “Belajar dari Bone Bolango” Tuai Banyak Respons Positif

Kompas.com - 28/03/2023, 15:59 WIB
Dwinh,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bupati Bone Bolango Hamim Pou menerima respons positif dari berbagai kalangan usai meluncurkan buku yang berjudul “Belajar dari Bone Bolango.” Pasalnya, buku ini mengkaji kebijakan pengentasan kemiskinan di pedesaan.

Adapun peluncuran buku Belajar dari Bone Bolango dilakukan Hamim dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Senin (27/3/2023).

Menurut Editor Senior Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Candra Gautama, masalah kemiskinan di Indonesia sudah seperti lingkaran setan.

Meski demikian, masalah kemiskinan hanya menjadi studi yang dilakukan oleh akademisi dan sesekali dilaporkan.

Baca juga: Pascasarjana UNJ Hadirkan Akademisi EduHK di Program Visiting Professor

"Dari buku (Belajar dari Bone Bolango) ini memiliki kekuatan untuk memprovokasi kepala daerah untuk melakukan inovasi dalam pengentasan kemiskinan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (28/3/2023).

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengapresiasi langkah berani Bupati Hamim untuk menulis tentang kemiskinan di Kabupaten Bone.

Menurut putra kebanggaan Provinsi Gorontalo tersebut, mengangkat kemiskinan dalam sebuah buku merupakan hal luar biasa.

"Merupakan langkah berani karena jika kita mengakui, maka (buku Belajar dari Bone Bolango) ini menjadi modal untuk kita (semua pihak) mau membangun Gorontalo," ucap Rachmat.

Baca juga: Polda Gorontalo Gelar Tahlilan Mendoakan Briptu RF, Ajudan Kapolda yang Tewas di Mobil Dinas

Sementara itu, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Maliki mengatakan, jiwa kemandirian masyarakat perlu dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan.

"Kemiskinan itu jangan dipelihara, dan jangan berlomba untuk menjadi miskin," katanya pada sesi diskusi.

Maliki menyayangkan adanya banyak bantuan sosial (bansos) yang menjadi pinjaman untuk mendapatkan hutan.

“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ternyata sosial saat ini banyak menjadi pinjaman mendapatkan hutan, bukan lagi untuk menangani kebutuhan mendesak,” imbuhnya.

 

 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com