KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi bekerja sama dengan Komunitas Pegon meluncurkan buku berjudul Lentera Blambangan yang mengupas biografi sembilan ulama teladan asal Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, peluncuran buku itu merupakan upaya untuk memberikan contoh keteladanan bagi generasi saat ini.
Paslanya, kata dia, anak muda sekarang banyak yang mengidolakan tokoh-tokoh asing dan fiktif.
“Hal tersebut bisa jadi karena kita tidak mengenalkan para ulama kita kepada mereka. Semoga buku ini bisa menjadi sumber keteladanan baru sehingga generasi muda mengidolakan para kiai kita,” ujar Ipuk melalui keterangan persnya, Rabu (25/10/2023).
Dia mengatakan itu dalam acara peluncuran buku Lentera Blambangan di Auditorium IAI Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi, Senin (23/10/2023).
Baca juga: Dikemas lewat Festival Demokrasi Desa, Pilkades di Banyuwangi Berjalan Riang dan Aman
Ipuk berharap, buku yang ditulis Ayung Notonegoro itu bisa menjadi referensi untuk membuat karya-karya dalam bentuk lain.
“Nantinya bisa berkolaborasi dengan lainnya. Misalnya, dari buku ini nanti dibuat film sehingga bisa menjangkau audiens yang lebih luas lagi,” katanya dalam siaran pers, Rabu (25/10/2023).
Buku Lentera Blambangan mengangkat sembilan ulama, yakni KH Saleh Lateng, KH Dimyathi Syafii Srono, KH Harun Abdullah, KH Askandar Muncar, KH Abdullah Faqih Cemoro, KH Ali Mansur, KH Mukhtar Syafaat, KH Zarkasyi Djunaidi, dan Nyai Sriwedari Imam.
Ayung mengatakan, sembilan tokoh itu memiliki keteladanan yang unik dengan berbagai bidang perjuangan, seperti pendidikan, kebudayaan, emansipasi perempuan, hingga sosial-politik.
“Sembilan tokoh tersebut diangkat terlebih dahulu dikarenakan proses risetnya yang telah rampung,” ungkapnya.
Baca juga: Bupati Ipuk Sebut Program SMS Pisan Efektif Dongkrak Reproduksi Sapi di Banyuwangi
Proses riset yang dilakukan, sebut Ipuk, tidak hanya menyangkut sumber lisan yang menjadi rujukan, tetapi juga manuskrip, arisp, kliping, koran, hingga foto-foto lama.
“Sebenarnya masih ada banyak ulama lainnya yang patut untuk ditulis. Kami butuh waktu untuk merampungkan riset bagi tokoh-tokoh lainnya,” terangnya.
Ia pun berharap dukungan banyak pihak agar proses riset sejarah kiai bisa segera dipublikasikan dengan baik.
Adapun buku tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan yang hadir, terutama dari kalangan keluarga para ulama yang ditampilkan dalam buku tersebut.
Baca juga: Bhayangkari Gelar Baksos Tour de Kemala, Bupati Ipuk Berikan Apresiasi
Beberapa keluarga ulama itu, di antaranya KH Ahmad Munib Syafaat, KH Muwafiq Amir, KH Ahmad Ghazali, KH Wafiruddin As’adi, dan sejumlah kiai lainnya.
Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy Kholilurrahman mengatakan, buku itu penuh dengan nilai pendidikan bagi semua.
“Buku ini menjelaskan bagaimana para kiai dulu mengajarkan sejumlah hal penting. Mulai dari perjuangan, pergerakan, menghasilkan karya tulis, dan tidak abai pada persoalan-persoalan sosial-politik yang terjadi,” katanya yang menjadi pembedah buku tersebut.
Nur Kholik Ridwan mengatakan, kehadiran buku biografi itu memiliki banyak manfaat.
“Membaca biografi itu, di dalam Al-Quran disebutkan, dapat memperkuat fuad (kecerdasan) kita,” ungkap penulis produktif asal Yogyakarta yang juga menjadi pembedah buku tersebut.
Baca juga: Targetkan Stunting di Bawah 14 Persen pada 2024, Bupati Ipuk Sambangi Pelosok-pelosok Desa