KOMPAS.com – Ribuan penonton terpukau akan aksi tetabuhan musik hadrah yang mengiringi pertunjukkan Tari Kuntulan pada Festival Kuntulan Caruk.
Sementara itu, sambil menggerakkan badannya, para penari juga terdengar membawakan bait-bait pujian Islami.
Dengan menggunakan busana yang menutupi aurat tubuh, seperti kerudung, sarung tangan, dan kaos kaki, mereka terlihat begitu santun.
"Gebrakan hadrahnya membuat saya bersemangat. Musiknya keren, kostumnya juga oke," kata Imam, wisatawan dari Surabaya yang menyaksikan atraksi tersebut.
Baca juga: Lantunan Salawat dan Hadrah Kuntulan Semarakkan Festival Gandrung Sewu
Kuntulan merupakan seni budaya Banyuwangi, perpaduan tari dan musik hadrah yang sarat akan budaya Islam. ‘Caruk’ sendiri dalam bahasa Osing berarti bertemu.
“Jadi Festival Kuntulan Caruk adalah lomba yang mempertemukan grup kuntulan dari tingkat SMA se-Banyuwangi,” ujar Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko saat membukan acara yang digelar Gesibu Blambangan Banyuwangi, Sabtu (5/10/2019) tersebut.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas lewat rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (6/10/2019) mengatakan, sejak tahun lalu Festival Kuntulan Caruk telah masuk dalam agenda resmi Banyuwangi Festival (B-Fest).
Diadakannya acara tesebut, kata Anas, sebagai upaya untuk terus merawat dan melestarikan tradisi di tengah gempuran budaya asing yang begitu kuat.
Baca juga: 5 Tips Berwisata ke De Djawatan Hutan Lord of The Rings di Banyuwangi
“Semoga ini bisa menjadi panggung bagi anak-anak muda untuk ambil bagian dalam pelestarian budaya lokal, sehingga mereka tetap mencintai budaya daerahnya,” kata Anas.
Anas juga mengungkapkan, B-Fest sendiri telah masuk ke dalam jajaran Top 45 dari 3.156 inovasi pelayanan publik terbaik versi Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
“Sebagai reward, pemerintah pusat akan memberi bantuan sebanyak Rp 10 miliar. Semoga ini bisa menjadi trigger bagi kami untuk terus melahirkan inovasi-inovasi hebat dengan merangkul budaya seni lokal Banyuwangi,” ucapnya.