BANYUWANGI, KOMPAS.com – Siang itu, di Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, semua orang tengah sibuk menganyam. Mereka baru menyelesaikan setengah dari anyamnnya.
Seorang lelaki paruh baya tampak sabar memindahkan rautan demi bambu kecil masuk di sela-sela bambu lain. Dengan tekun ia menganyam.
Rasidi, nama lelaki itu, adalah satu dari sekain banyak penganyam yang berpartisipasi pada acara Festival Bambu 2017 pada 11 – 13 Mei yang lalu.
Desa Gintangan adalah sebuah desa yang berjarak 17 kilometer ke arah barat dari pusat kota Banyuwangi. Orang jarang mengetahui keberadaannya.
Siapa sangka, desa berpenduduk 6.700 jiwa itu merupakan sentra penghasil kerajinan anyaman bambu asli Banyuwangi. Berbagai jenis kerajinan dihasilkan dari desa ini, mulai perabotan rumah tangga, hiasan, hingga untuk keperluan hobi seperti alat tempat umpan untuk memancing.
"Dulu saya belajar menganyam sendiri. Baru setelah itu banyak yang menggemari dan belajar turun temurun dari generasi sebelumnya," tutur Rasidi.
Penganyam dari Desa Gintangan umumnya adalah masyarakat lanjut usia yang mengerjakan anyaman sebagai pekerjaan sampingan. Itu termasuk ibu-ibu, yang mengerjakan anyaman untuk mengisi waktu luang di rumahnya.
Hasil pekerjaan anyaman akan diserahkan kepada pengepul yang ada di Desa Gintangan. Baru pengepul inilah yang memasarkan produk anyaman dari warga Gintangan.
Kepala Desa Gintangan, Rusdiana, menuturkan bahwa Desa Gintangan memiliki potensi yang sangat besar dalam hal kerajinan dan khususnya anyaman berbahan dasar bambu. Berbagai motif dan jenis anyaman dapat dilakukan oleh warga Gintangan.
Belum tercatat berapa banyak motif yang bisa dilakukan, tetapi jumlahnya bisa mencapai puluhan hasil dari pengembangan pola dasar liris, welasan, irig yang dijadikan teruntum.
"Sebanyak 55 persen warga Gintangan memiliki keahlian menganyam dari bahan dasar bambu. Selain itu, ada 5 UMKM tempat untuk memasarkan produk hasil anyaman mereka. Penganyam di Desa ini juga dapat membuat berbagai motif anyaman yang menjadi pembeda dengan daerah lain,” kata Rusdiana kepada Kompas.com.
Festival Bambu 2017 dalam rangkaian Festival Banyuwangi merupakan yang pertama diselenggarakan. Festival ini berbasis desa sehingga semua persiapan dan pelaksanaannya dilakukan gotong-royong oleh warga desa.
Adanya festival ini diharapkan dapat mengenalkan Gintangan sebagai sentra penghasil anyaman berbahan dasar bambu Banyuwangi. Festival diisi dengan berbagai macam acara, mulai dari karnaval baju berbahan bambu, hingga menganyam bambu bersama-sama.
Ada sebanyak 1000 orang yang terlibat di festival ini. Mereka terdiri dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, dan warga sekitar.
"Semoga festival ini membuat generasi yang akan datang di Desa Gintangan menggemari kerajinan terutama anyaman bambu. Juga membuka potensi Gintangan sebagai destinasi wisata kerajinan di Banyuwangi. Silakan datang ke Gintangan untuk belanja dan belajar menganyam," ujar perempuan kelahiran 1967 itu.
Masyarakat Gintangan pun menyambut antusias acara ini. Orang-orang seperti Pak Rasidi mengaku siap jika seandainya ada orang luar yang ingin belajar menganyam di Desa Gintangan.
Pria satu-satunya di Desa Gintangan yang memiliki keahlian menganyam tempat umpan untuk memancing ini akan sangat senang ada orang luar datang ke Gintangan untuk belajar.
"Kami warga Desa Gintangan sangat terbuka menerima orang dari luar yang ingin belajar menganyam," tuturnya.