KOMPAS.com – Indeks pembangunan manusia (IPM) Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami peningkatan signifikan menjadi 70,90 pada 2022.
Peningkatan tersebut tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Gubernur Sumsel Herman Deru dan Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel Mawardi Yahya dalam meningkatkan IPM dan menekan angka kemiskinan di Sumsel.
Dalam waktu 10 tahun terakhir sejak 2012 hingga 2022, angka IPM Sumsel terus tumbuh positif.
Puncaknya, angka IPM Sumsel pada 2019 menduduki kategori level tinggi, yakni 70,02. Sebelumnya, IPM Sumsel pada 2018 hanya sebesar 69,39.
Baca juga: Hirup Gas Beracun, Seorang Buruh Tewas Saat Bersihkan Sumur Warga di Lubuklinggau Sumsel
Meski IPM Sumsel pada 2020 sempat mengalami penurunan 0,01 menjadi 70,01, tetapi angka ini berhasil naik cukup signifikan menjadi 70,24 pada 2021 dan terus meningkat menjadi 70,90 pada 2022.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan, IPM di Sumsel terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Tercatat, IPM Sumsel sejak lima tahun terakhir telah masuk dalam klasifikasi yang cukup tinggi.
“Sejak lima tahun terakhir, IPM Sumsel ini justru melompat drastis. Dari yang dulu hanya di kriteria sedang, saat ini sudah pada level yang tinggi. Ini merupakan capaian yang sangat baik,” ujar Wahyu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (6/6/2023).
Dia menjelaskan, IPM Sumsel pada 2018 berada di angka 69,39. Namun IPM Sumsel saat ini sudah di angka 70,90.
Baca juga: Ini Kriteria Penilaian Utama Tiap Jalur PPDB Jabar 2023
Untuk kriteria, kata Wahyu, angka 60 sampai 70 merupakan level sedang. Angka 70 sampai 80 sudah di level tinggi dan 80 ke atas berada di level sangat tinggi.
“Kita lihat pada 2018, IPM Sumsel ini masih di kategori sedang dengan angka 69,39. Lalu di 2019, masuk dalam level tinggi dengan angka 70,02. Kemudian pada 2022 meningkat di angka 70,90,” jelasnya.
Menurut Wahyu, pergerakan IPM Sumsel selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan signifikan kendati sempat mengalami hambatan akibat pandemi Covid-19.
“Semuanya mengalami hal yang sama dan sempat sedikit mengalami penurunan karena pandemi sehingga pendapatan perkapita mengalami kontraksi,” tuturnya.
Wahyu menjelaskan, upaya untuk meningkatkan IPM tidak serta merta bisa langsung dirasakan.
Baca juga: Evaluasi Kinerja Pembangunan Pemkab Sumedang, Bupati Dony: IPM Sumedang Peringkat Ketiga Se-Jabar
Ia mengungkapkan, berbagai upaya yang dilakukan sekarang belum bisa terlihat dampaknya saat ini. Dampak ini mungkin bisa dirasakan dalam lima tahun mendatang.
“Artinya, upaya ini memang jangka panjang. Semua provinsi juga terus bergerak melakukan percepatan dalam upaya meningkatkan IPM ini. Tinggal bagaimana percepatan masing-masing provinsi,” ucap Wahyu.
Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melihat sejauh mana percepatan yang telah dilakukan.
“Persoalan rangking, karena semuanya memang melakukan percepatan. Tinggal bagaimana ke depan, kita berlari melakukan percepatan melalui program-program yang telah dicanangkan,” ujar Wahyu.
Ia menuturkan, program yang dapat mendorong percepatan meliputi tiga dimensi, seperti usia harapan hidup, sektor kesehatan, kemudian usia harapan lama sekolah, hingga standar hidup layak.
Baca juga: Lewis Capaldi Batalkan Jadwal Tur 3 Minggu ke Depan demi Kesehatan Mental
“Tantangannya karena IPM Provinsi Sumsel ini merupakan akumulasi dari kabupaten dan kota yang ada di bawahnya. Sebab, itulah semua harus bergerak bersama untuk meningkatkan capaian IPM ini,” imbuh Wahyu.
Ia menjelaskan, terdapat dua daerah di Sumsel dengan IPM masih rendah, yakni Kabupaten Muratara dan Kabupaten Pali.
Peningkatan IPM di dua daerah tersebut, kata Wahyu, harus terus didongkrak dan bisa mencontoh upaya yang dilakukan daerah lain.
“Seperti Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), saat ini sudah sangat baik peningkatan IPM-nya. Mungkin kiat-kiat yang dilakukan pak gubernur saat menjadi bupati bisa dilakukan untuk mendongkrak IPM ini,” imbuhnya.
Baca juga: IPM Garut 2022 Naik 0,96 Persen, Tertinggi di Jabar
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel Regina Ariyanti mengungkapkan, dana Bantuan Gubernur Khusus (Bangubsus) merupakan salah satu upaya meningkatkan IPM dan penurunan angka kemiskinan.
Ia mengungkapkan, Bangubsus digunakan untuk mendorong pemerataan pembangunan di sejumlah daerah, mulai dari sektor kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.
“Bangubsus tersebut berdampak besar bagi pertumbuhan IPM dan capaian penurunan angka kemiskinan ini. Seperti yang kita ketahui, angka kemiskinan kita saat ini sebesar 11,95 persen merupakan capaian terendah dalam 10 tahun terakhir,” jelas Regina.
Menurutnya, program yang telah dilakukan oleh Gubernur Sumsel Herman Deru untuk membantu kabupaten dan kota melalui Bangubsus sangat membawa manfaat bagi daerah.
Baca juga: Sekjen Kemendagri Apresiasi Kenaikan IPM pada HUT Ke-74 Kabupaten Sijunjung
Regina menyebut, keseriusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel dalam meningkatkan IPM dapat dilihat dari catatan sepanjang 10 tahun terakhir.
Bahkan, kata dia, saat terjadinya guncangan di berbagai sektor akibat pandemi Covid-19, IPM Sumsel justru tidak mengalami penurunan yang berarti.
“Pada 2020 kita lihat signifikan, meski sedikit goyang karena pandemi tapi penurunannya hanya di 0,01. Ini yang harus kita pertahankan dan ditingkatkan,” jelas Regina.