Membina Sepak Bola Purwakarta, dari Mengaji sampai Ternak Domba

Kompas.com - 11/04/2017, 09:11 WIB
Dok Humas Pemkab Purwakarta Para pemain ASAD Purwakarta, yakni Yadi Mulyadi, Sukrayatul Fajra, Hamsah Medari Lestaluhu, Ahludz Ziqri, serta Pualam Bahari akan memperkuat timnas Indonesia di ajang AFF U-15 Championship 2017 di Thailand, Juli nanti.

PURWAKARTA, KOMPAS.com – Wajah manajer akademi Asli Sepak Bola Anak Desa (ASAD) 313 Jaya Perkasa, Purwakarta, Alwi Hasan, terlihat begitu ceria. Dengan tersenyum lebar, ia menceritakan anak didiknya.

"Barudak (anak-anak) saya lolos kabeh (semua)," ujar Alwi kepada Kompas.com belum lama ini.

Belakangan Alwi memang diselimuti rasa bahagia. Lima anak didiknya lolos ke timnas U-16 mewakili Jawa Barat. Padahal, di Jabar, ada sekitar 1.500 sekolah sepak bola.

Kelima anak itu adalah Yadi Mulyadi, Sukrayatul Fajra, Hamsah Medari Lestaluhu, Ahludz Ziqri, serta Pualam Bahari. Mereka akan memperkuat timnas di ajang AFF U-15 Championship 2017 di Thailand, Juli nanti. 

Selain kelima anak itu, sambung Alwi, masih ada lima anak ASAD lainnya yang terpilih memperkuat Timnas Pelajar. Akhir tahun ini mereka akan bermain di Gothia Cup 2017 di China.

"Berarti sampai sekarang, laga internasional yang pernah dilakoni anak-anak ASAD yaitu di Brasil, Mediterania, dan sekarang di Thailand dan China," imbuhnya.

Pembinaan ASAD

Tekad Purwakarta untuk mengalahkan Salatiga dalam pembibitan pesepak bola di Indonesia bukan main-main. Itu terlihat dari seriusnya pembinaan yang dilakukan terhadap ASAD.

Baca: Dua Pemain Sepak Bola Asal Purwakarta Ikut Berlatih di Inggris

"Konsep pendidikan anak-anak ASAD langsung dibuat oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi," tutur Alwi.

Konsep yang dimaksud adalah pola pembinaan yang difokuskan pada sepak bola dan pendukungnya. Misalnya, meringkas kurikulum sekolah menjadi tiga, yakni agama, bahasa Inggris, dan sepak bola.

Fokus selanjutnya adalah makanan bergizi, lingkungan yang kondusif, ajang pertandingan berkelanjutan, dan pendanaan yang mumpuni. Semua konsep itu dijalankan dengan serius tetapi santai dan menyenangkan, seperti dirasakan salah satu pemain ASAD Ahludz Ziqri.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Striker ASAD, Yadi Mulyadi. Putra seorang petani ini masih menyempatkan dirinya menggembala kambing seperti yang biasa ia lakukan sebelum menjadi pemain sepakbola.
Ahludz merupakan angkatan pertama ASAD. Satu angkatan ASAD terdiri dari 28-30 orang. Mereka tinggal di asrama yang berdekatan dengan sekolah formalnya di SMPN 6 Purwakarta.

"Kami tinggal bareng, latihan bareng, dan sekolah juga bareng. Anak ASAD di satu kelas kan di SMPN 6 Purwakarta karena mata pelajaran (yang diterima) lebih sedikit," tuturnya.

Setiap hari, sambung Ahludz, pemain ASAD bangun pukul 04.00 WIB untuk melaksanakan shalat tahajud, shalat subuh, tadarus, dan kajian keagamaan. Kegiatan berakhir pukul 06.00 dan dilanjutkan dengan latihan sepak bola pukul 08.00 WIB.

Setelah mandi, mereka sarapan pukul 08.30, dilanjutkan sekolah formal pukul 09.30-13.30 WIB.

"Habis itu istirahat. Setelah shalat ashar, sekitar pukul 15.30 WIB kami latihan sepak bola sore," ucapnya.

Beres latihan, para pemain mandi, shalat maghrib berjamaah. Mengikuti kelas bimbingan malam hingga Isya. Makan malam dilakukan pukul 19.30 WIB, setelah itu anak-anak ini biasanya menonton televisi sebentar lalu tidur.

"Alhamdulillah selama tiga tahun di sini, saya sudah khatam (tamat mengaji Al Quran) tiga kali," tuturnya.

Pada akhir pekan, sambung Ahludz, dia biasanya pulang ke rumah orangtua atau jalan-jalan bersama teman-temannya.

"Kami sekolah tidak bayar apa pun, tetapi malah digaji Rp 300.000 sebulan. Kalau ada liga di luar negeri atau dalam negeri kami dapat uang tambahan," tuturnya.

Selain latihan, terkadang mereka beternak domba dan melakukan kegiatan lainnya. Seperti striker ASAD, Yadi Mulyadi. Putra seorang petani ini masih menyempatkan dirinya menggembala kambing seperti yang biasa ia lakukan sebelum menjadi pemain sepak bola.

Melatih emosi

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, anak-anak ASAD 313 Jaya Perkasa berhasil, karena mereka sudah satu hati satu jiwa. Bagi mereka, sepak bola merupakan kultur yang harus dikelola dengan baik.

"Makan bagus tapi hidup tidak teratur, bakal rusak. Hidup teratur tapi keluarga berantakan, bakal rusak. Itulah mengapa saya siapkan lingkungan yang kondusif, gizi yang baik, agar mereka bisa fokus dan bagus bermain sepak bolanya," tuturnya.

Begitu pun dalam kurikulum. Tugas pesepak bola adalah bermain sepak bola dan membawa nama Indonesia di kancah internasional. Namun, itu akan sulit dilakukan jika pesepak bola harus mempelajari kimia, biologi, geografi, dan mata pelajaran lainnya.

Karena itu, ia meringkas kurikulum menjadi tiga, yakni agama, bahasa Inggris, dan sepak bola. Agama sangat diperlukan untuk bekal akhlak dan etikanya sebagai manusia, bahasa Inggris mutlak dibutuhkan ketika anak-anak bertanding.

"Sepak bola tentu menjadi makanan utama anak-anak ASAD," kata Dedi.

Hingga kini, pemain ASAD yang dibinanya sudah ada beberapa angkatan. Peminat pun semakin bertambah. Untuk tahun ini, pendaftarnya sudah 430 anak dari 28-30 kursi yang disediakan.

"Saat ini saya lebih tertarik melakukan pembibitan dibanding membuat klub yang menghabiskan dana sangat mahal," ucapnya.

Walau tidak menutup kemungkinan, dia akan membeli klub sepak bola untuk mewadahi bibit-bibit berprestasi ini.

"Kemungkinan beli klub bukan merintis dari awal. Karena kasihan anak-anak kalau harus merintis dari awal. Terlalu panjang dan melelahkan. Tapi itu masih beberapa tahun ke depan, mudah-mudahan saya punya banyak uang," katanya sambil tertawa.

Namun, yang terpenting saat ini adalah pengertian anak-anak tentang sepak bola itu sendiri. Menurut Dedi, sepak bola itu cara pemain melatih emosi dan mengontrol diri. Ketika emosi terkontrol, si pemain akan mampu mengocek, mengoper, dan menggolkan bola dengan baik.

"Tapi, kalau tidak terkontrol yang kelihatan bukan bola, tapi kaki orang," ucapnya.

Seperti diketahui, nama ASAD 313 Jaya Perkasa Purwakarta dikenal dunia saat masuk ke perempat final dunia Danone Nation Cup (DNC) 2014 di Brasil. Pada turnamen tersebut ASAD berhasil menyingkirkan juara bertahan saat itu.

Selain kemampuannya, ASAD memukau seluruh peserta DNC dengan keramahannya. Kebiasaannya di desa, mereka lakukan juga di kancah dunia. Misalnya, cium tangan kepada seluruh wasit dan pelatih sebelum bertanding. Bahkan, pada siapapun orang lebih tua yang mereka temui di jalanan.

RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Terkini Lainnya
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
purwakarta
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
purwakarta
Saat Mereka
Saat Mereka "Patungan" Bantu Korban Rohingya...
purwakarta
"Lebih Baik Kami ke Purwakarta Daripada Harus ke Cianjur..."
purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
purwakarta
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
purwakarta
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi "Diserbu" TKI di Hongkong
purwakarta
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
purwakarta
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
purwakarta
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
purwakarta
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
purwakarta
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
purwakarta
Bagikan artikel ini melalui
Oke