Bupati Purwakarta: Tak Ada Hari Libur untuk Melayani Warga

Kompas.com - 17/04/2017, 07:53 WIB
Dok Humas Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bersama dua anak yatim piatu. Dedi mengangkat kedua anak tersebut menjadi anak asuh.

PURWAKARTA, KOMPAS.com – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku tidak mengenal hari libur dalam melayani rakyat. Rumah hingga telepon pribadinya bebas dihubungi kapan dan di mana saja.

Seperti pada libur paskah akhir pekan ini, ketika banyak orang menikmati libur panjang, Dedi memilih berkeliling melihat kondisi warga yang membutuhkan bantuan.

"PNS libur, tapi ada beberapa orang staf yang membantu saya berkeliling dari pagi hingga tengah malam," ujar Dedi kepada Kompas.com, Jumat (14/4/2017).

Pada libur paskah tahun ini dia memulai harinya dengan menerima beberapa orang tamu, di antaranya keluarga Andi, warga Desa Cikeris, Kecamatan Bojong, Purwakarta.

Andi merupakan keluarga kurang mampu. Sehari-hari ia menjadi buruh nyadap dengan upah Rp 10.000 sampai Rp 25.000 per hari. Sedangkan istrinya, Niah, bekerja menjadi pemetik teh dengan upah Rp 5.000 per hari.

Dengan penghasilan minim, pasangan suami istri yang dikarunia 3 anak itu hidup dalam kondisi pas-pasan. Mereka pun tak mampu membawa berobat anak keduanya, Siti Cahyati. Sudah tiga tahun ini Siti menderita sesak nafas dan ada gangguan pada sarafnya.

"Kepalanya geleng-geleng. Pernah dibawa ke dokter, katanya sakit saraf. Tapi, saya bingung untuk pengobatannya. Pernah ke pengobatan alternatif tapi, tidak juga sembuh. Ke rumah sakit uangnya pas-pasan," tuturnya.

Seusai mengobrol dengan keluarga Andi, Dedi mengantarkan Siti ke RSUD Bayu Asih untuk diperiksa dan mendapat perawatan. Namun, sebelum itu, Dedi mampir ke beberapa toko dan membeli kebutuhan pokok hingga pakaian untuk Andi sekeluarga.

Setelah mengantar warganya ke rumah sakit, Dedi kembali ke rumah dinasnya untuk bertemu dua anak yatim piatu. Mereka adalah Muhammad Yusuf dan Dian Sahrudin warga Kampung Cijolang, Desa Linggasari, Kecamatan Darangdan.

Dedi mengajak keduanya jalan-jalan mengelilingi sejumlah destinasi yang ada di jantung Purwakarta. Beberapa tempat yang disambangi di antaranya Taman Maya Datar, Pancawarna, Taman Air Mancur Sribaduga dan makan malam di sebuah kafe dekat Museum Diorama Nusantara Purwakarta.

Pada saat makan malam tersebut, kedua anak itu menceritakan kisah hidupnya. Mereka tinggal berdua di sebuah gubuk peninggalan orangtuanya yang meninggal tiga tahun silam.

Untuk makan dan sekolah mereka mengandalkan pemberian saudara dan tetangganya. Bentuk bantuan yang diberikan tetangga di antaranya beas perelek (beras yang rutin dikumpulkan warga untuk membantu yang tidak mampu). Beras yang didapatkan Yusuf dan Dian sebanyak dua liter per minggu.

"Yang satu liter dimasak, jadi nasi buat seminggu. Satu liternya lagi dijual untuk membeli ikan asin," tutur Yusuf.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mampir ke beberapa toko dan membeli kebutuhan pokok hingga pakaian untuk Andi sekeluarga.
Saat ini, Yusuf duduk di kelas 3 SMP, sedangkan Dian kelas 4 SD. Sebelum mengangkatnya menjadi anak asuh, Dedi ingin bertemu keluarga anak tersebut. Dia ingin melakukan konfirmasi ke keluarga, tetangga, serta kondisi tempat tinggal kedua anak tersebut. Jika memungkinkan, pihaknya akan membedah rumah mereka.

Seusai makan malam, perjalanan pun dilanjutkan ke kampung kedua anak tersebut. Lokasinya cukup jauh dari kota dan kondisi jalannya didominasi tanjakan dan turunan.

Begitu tiba lokasi, Dedi merasa miris. Rumah yang ditinggali kedua anak tersebut tidak layak huni, bahkan tergolong membahayakan. Dindingnya terbuat dari batako dan terlihat sudah retak pada beberapa bagian. Genteng atapnya juga rusak di banyak bagian, bahkan sisi depan rumah tidak terpasangi genteng.

Adapun tiang penyangga rumah bagian depannya sudah tampak rapuh. Lantainya juga langsung menyentuh tanah.

Di rumah tersebut tak terlihat banyak barang. Hanya alas tidur seadanya dan satu buah lemari.

Saat berkunjung itu Dedi mendengarkan kisah lain kedua anak tersebut, terutama cerita soal Yusuf. Yusuf pintar berdakwah dan kerap mendapatkan bantuan makanan atau uang dari jerih payahnya tersebut. Namun, Yusuf kini mulai merokok dan suka ikut balapan motor.

"Keluarganya khawatir, lalu menegur kakaknya (Yusuf). Apalagi adiknya (Hadi) mulai merokok juga," ucap Dedi.

Karena itu, kedua anak tersebut harus dididik dengan benar. Apalagi anaknya cerdas.

"Saya tanya ke anaknya, mau tinggal dengan Purwanto (Sekretaris Dinas Pendidikan Purwakarta) atau dengan saudaranya. Anak itu memilih tinggal dengan Purwanto, dengan satu syarat, disiplin," tuturnya.

Rumah itu sendiri akan dirobohkan dan tidak akan dibangun selama anak-anak belum menyelesaikan pendidikannya. Sebab, kalau pun dibangun tidak akan ditinggali. Dedi tidak ingin kedua anak itu tinggal di sana berdua tanpa didampingi orang dewasa.

"Kami angkat jadi anak asuh. Saya jadi ingat pertama kali anak ini datang dan diasuh Bu Pur (sebutan istri Purwanto yang juga kepala SMAN Campaka), kurus, lusuh, dan korengan. Sekarang, alhamdulillah, sudah sembuh lukanya dan bersih," ujarnya.

Dedi memutuskan kedua anak itu di bawah pengawasan Pemda Purwakarta. Setelah lulus SMP, mereka akan masuk SMAN Campaka. Sementara itu, satu di antara kedua anak tersebut akan disalurkan untuk menjadi atlet anggar.

"Dari informasi yang saya dapat, di antara keduanya ada yang suka main anggar. Kami akan jadikan atlet agar potensinya tersalurkan," terangnya.

RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Terkini Lainnya
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
purwakarta
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
purwakarta
Saat Mereka
Saat Mereka "Patungan" Bantu Korban Rohingya...
purwakarta
"Lebih Baik Kami ke Purwakarta Daripada Harus ke Cianjur..."
purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
purwakarta
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
purwakarta
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi "Diserbu" TKI di Hongkong
purwakarta
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
purwakarta
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
purwakarta
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
purwakarta
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
purwakarta
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
purwakarta
Bagikan artikel ini melalui
Oke