Selamat Tinggal Banjir Cikao Bandung...

Kompas.com - 07/12/2016, 14:37 WIB
RENI SUSANTI/KOMPAS.com Berkat tanggul yang sudah selesai dibangun, dan kawasan bantaran Sungai Citarum yang berhasil dinormalisasi, desa yang dikenal sebagai ‘Kampung Perahu’ itu pun kini bebas banjir.

KOMPAS.com – Cikao Bandung memiliki sejarah unik. Namanya diambil dari gabungan kata ‘Cina’dan ‘Makao’.

Para pelayar yang mengarungi Sungai Citarum selalu mengira, mereka sampai di Bandung ketika berhasil mencapai daerah itu. Maka, jadilah daerah tersebut dinamakan Cikao Bandung, yang berasal dari tiga kata, yakni Cina, Makao, dan Bandung.

Setidaknya, itulah yang diingat Odik (64) tentang asal muasal nama tempat tinggalnya, Cikao Bandung. Odik merupakan perajin perahu di kampung tersebut.

Saat banjir tiba, Odik menjadi salah satu orang paling cari. Maklum saja, setiap tahun kampungnya yang lebih rendah dari Citarum selalu langganan banjir dengan ketinggian 100 cm.

Tiap kali air Citarum meluap, Cikao Bandung pun merasakan limpahan air sungai terpanjang di Jawa Barat itu. Saat hujan surut, pekerjaan rumahnya menumpuk. Salah satunya membersihkan lumpur dengan pengki dan sapu lidi.

Kedua tangannya yang sudah renta itu seolah tak kenal lelah mengerjakan pekerjaan tahunannya itu. Dia bahkan menganggap banjir tahunan yang selalu singgah di rumahnya sebagai teman setia, yang datang setahun sekali untuk berkunjung.

"Banjir ini kami anggap sebagai teman, bukan sebagai bencana yang menyusahkan," ujar Odik mengenang masa lalunya, Senin (5/12/2016).

RENI SUSANTI/KOMPAS.com Berkat tanggul yang sudah selesai dibangun, dan kawasan bantaran Sungai Citarum yang berhasil dinormalisasi, desa yang dikenal sebagai ‘Kampung Perahu’ itu pun kini bebas banjir.
Luapan air Citarum tak hanya menggenangi rumah Odik dan warga Cikao Bandung. Sawah hingga ikan keramba jaring apung mereka pun ikut terkena imbasnya. Apalagi, mata pencaharian utama warga Cikao Bandung adalah petani.

Namun, sejak 2002 "teman" yang kerap datang setahun sekali itu tak kunjung tiba. Kehilangan teman berupa banjir bukan hal menyedihkan bagi warga, melainkan hal yang sangat menggembirakan.

Hal itu karena solusi yang berhasil diperoleh pemerintah setempat untuk membuat tanggul penahan banjir melalui APBN pada 2011 sampai 2013. Dana APBN sebesar Rp150 miliar digunakan untuk pembangunan tanggul dan normalisasi bantaran Sungai Citarum di wilayah tersebut.

"Dulu kami bersama Kang Dedi Mulyadi saat masih menjadi anggota DPRD bolak-balik Jakarta-Purwakarta, DPR RI, ke Kementerian Pekerjaan Umum. Lalu, sempat juga bolak-balik ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Tanggulnya pada 2011 mulai dibangun," kata mantan Kepala Desa Cikao Bandung, Saeful Rahmat.

Dok Humas Pemkab Purwakarta Pemerintah Kabupaten Purwakarta yang dipimpin Bupati Dedi Mulyadi membuat tanggul penahan banjir melalui APBN pada 2011 sampai 2013. Dana APBN sebesar Rp150 miliar digunakan untuk pembangunan tanggul dan normalisasi bantaran Sungai Citarum di wilayah tersebut.
Berkat tanggul yang sudah selesai dibangun, dan kawasan bantaran Sungai Citarum yang berhasil dinormalisasi, desa yang dikenal sebagai ‘Kampung Perahu’ itu pun kini bebas banjir.

Bahkan, Aki Odik yang sejak kecil rutin membersihkan lumpur bekas banjir itu pun tak perlu lagi mengungsi. Dia kini bisa tenang menjalani pekerjaannya sebagai pembuat perahu tanpa harus khawatir terkena banjir tahunan.

Aki Odik kini mengucapkan selamat tinggal pada teman tahunannya tersebut. Selamat tinggal banjir...

RENI SUSANTI/KONTRIBUTOR PURWAKARTA

Terkini Lainnya
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
Pelajar Purwakarta Bagikan Beras pada Warga Miskin
purwakarta
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
Purwakarta Menetapkan Setiap Kamis adalah Hari Kasih Sayang
purwakarta
Saat Mereka
Saat Mereka "Patungan" Bantu Korban Rohingya...
purwakarta
"Lebih Baik Kami ke Purwakarta Daripada Harus ke Cianjur..."
purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
Dedi Mulyadi Berpamitan pada Warga Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
Purwakarta Gandeng Kejaksaan Awasi Dana Desa
purwakarta
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
Purwakarta Lestarikan Permainan Tradisional Egrang
purwakarta
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi
Bak Artis Sinetron, Dedi Mulyadi "Diserbu" TKI di Hongkong
purwakarta
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
Masyarakat Purwakarta Gelar Kirab Bendera Merah Putih
purwakarta
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi dalam Menyambut Hari Kemerdekaan RI
purwakarta
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
Pendidikan Berbasis Madrasah di Purwakarta Layak Ditiru
purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
Ritual Tradisional untuk Menyambut Upacara Kemerdekaan di Purwakarta
purwakarta
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
Purwakarta Terapkan Full Day School Berbasis Madrasah dan Pesantren
purwakarta
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
Warga Purwakarta Mampu Terapkan Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan
purwakarta
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
Sedekah Lewat Kebijakan, Dedi Mulyadi Diapresiasi Kiai Cipasung
purwakarta
Bagikan artikel ini melalui
Oke